Merupakan salah satu Sunnah yang diajarkan
oleh Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika Shalat Wiitir adalah
melakukan Qunut.
Akan tetapi kapankah qunut witir itu mulai disyari’atkan?
Akan tetapi kapankah qunut witir itu mulai disyari’atkan?
Apakah pada setiap melakukan shalat witir?
Atau disyari’atkan pada pertengahan akhir bulan Ramadhan?
Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami mencoba untuk menyajikan kepada pembaca tulisan kami ini dengan menyertakan dalil-dalil dan pendapat para Ulama .
Atau disyari’atkan pada pertengahan akhir bulan Ramadhan?
Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami mencoba untuk menyajikan kepada pembaca tulisan kami ini dengan menyertakan dalil-dalil dan pendapat para Ulama .
A. Dalil akan disyari’atkannya qunut witir
Ada beberapa macam qunut yang telah disyari’atkan oleh Rosulullah Shalallahu
‘Alaihi Wa Sallam diantaranya adalah qunut witir.
Hal ini berdasarkan Hadist Hasan bin Ali -Radhiyallahu
‘anhumaa-
عن الحسن بن علي رضي الله عنهما قال : علمني رسول
الله صلى الله عليه و سلم كلمات أقولهن في قنوت الوتر اللهم اهدني فيمن هديت وعافني
فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شر ما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى
عليك وإنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت
Dari Hasan bin Ali -Radhiyallahu
‘anhumaa- berkata : " Rosulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam
mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang dibaca ketika Qunut witir "
Allahummahdinii Fii Man Hadait, Wa 'Afiini Fii Man 'Afait Wa Tawallanaa Fii Man
Tawallait Wa Baarik lii Fii Ma 'Athait, Wa Qinii Syaro Ma Qodhoait Fainnaka Taqdhi
Wa laa Yuqdha 'Alaik Wa Innahu Laa Ya Yadzillu Man Wa LAit Tabaarakwa Rabbana
Wa Ta'Alait."[1]
B. Kapan Qunut witir di syari’atkan
Terjadi perbedaan pendapapat dikalangan para Ulama tentang kapan
di Syari’atkannya Qunut witir tersebut.
pendapat pertama: Qunut witir dilakukan sepanjang tahun setap kali melakukan Shalat Witir
pendapat pertama: Qunut witir dilakukan sepanjang tahun setap kali melakukan Shalat Witir
Pendapat ini adalah pendapat yang dianut oleh Madzhab Hanabilah
Berkata Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni1/820
يعني أن القنوت مسنون في الوتر في الركعة الواحدة في جميع السنة هذا المنصوص عند أصحابنا وهذا قول ابن مسعود و إبراهيم و إسحاق وأصحاب الرأي
“Yaitu Qunut diSunnahkan pada Shalat witir di raka’at yang pertama
sepanjang tahun, dan ini adalah pendapat yang dianut oleh madzhab kami, ini
juga pendapatIbnu Mas’ud, Ibrahim, Ishaq,Ashabu ra’yu.”
Dan pendapat ini berdalil dengan Atsar dari Ibnu Mas’ud
عن النخعي : أن ابن مسعود كان يقنت
السنة كلها في الوتر
Dari
Nakha’i berkata:” Bahwasanya Ibnu Mas’ud Qunut pada saat witir sepanjang tahun”[2]
pendapat kedua :
qunut witir dilakukan pada pertengahan akhir bulan ramadhan
pendapat ini adalah pendapat yang dipegang oleh Madzhab Syafi’iyah
Berkata Al-Maawardi dalam Al-Hawii Al-Kabiir 2/655
فَأَمَّا الْقُنُوتُ فِي الْوِتْرِ
فَغَيْرُ سُنَّةٍ فِي شَيْءٍ مِنَ السَّنَةِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ
شَهْرِ رَمَضَانَ .
“Adapun Qunut pada witir tidaklah
sunnah dilakukan pada sepanjang tahun melainkan pada pertengahan akhir bulan
Ramadhan”
Dalam kitab Nihayatul Muhtaj 1/491
والأماكن التي يجهر فيها المأموم خلف إمامه خمسة تأمينه مع إمامه وفي دعائه في قنوت الصبح وفي قنوت الوتر في النصف الأخير من رمضان وفي قنوت النازلة في الصلوات الخمس
Ada lima tempat disyari'atkan bagi makmum untuk
mengeraskan suaranya: mengucapkan amin bersama Imam, pada saat berdo'a, pada
saat qunut subuh , pada saat qunut witir dipertengahan akhir bulan ramadhan,
pada saat qunut nazilah di shalat yang lima waktu.
Dan
ini juga pendapat Imam Ahmad dalam satu riwayat
Dalam Masaail Imam Ahmad 2/798
سئل أحمد عن القنوت في الوتر؟
قال:
أما أنا فأختار النصف الأخير، وإن قنت السنة أجمع لا أعيبه
“ Imam Ahmad ditanya
tentang qunut pada saat witir? Beliau menjawab : adapun aku memilih untuk
dilakukan pada pertengahan terakhir (bulan ramadhan), akan tetapi kalau dia
qunut sepanjang tahun maka aku menganggap tidak mengapa”
Akan tetapi Imam Ahmad di pendapat akhirnya meralat
pendapatnya dan mengatakan bahwa qunut witir dilakukan
sepanjang tahun setiap kali melakukan shalat witir
Berkata
Al-Qodhi sebagaimana dinukil dalam Al-Mughni
2/151, Al-Inshoof 2/170
عندي أن أحمد رجع عن القول بأن لا يقنت في الوتر إلا في النصف الأخير؛ لأنه صرح في رواية خطاب، فقال: كنت أذهب إليه ثم رأيت السنة كلها
“ menurutku bahwa Imam Ahmad meralat
pendapatnya yang mengatakan bahwa qunut witir hanya dilakukan pada pertengahan
terakhir bulan ramadhan, karena jelas dalam riwayat Khattab beliau mengatakan :
Aku dahulu berpendapat demikian, kemudian aku memandang (qunut witir) itu
dilakukan sepanjang tahun.”
Pendapat
ini didukung oleh dalil-dalil dibawah ini:
1. Atsar Ubay bin Ka’ab
1. Atsar Ubay bin Ka’ab
أَنَّ أُبَيًّا كَانَ يَقْنُتُ فِى النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
“Sesungguhnya
Ubay melakukan qunut (witir) pada pertengahan terakhir bulan Ramdhan” [3]
2. Atsar Ali bin Abi Thalib
عن
علي رضي الله عنه أنه : كان يقنت في النصف الأخير من رمضان
“Dari Ali Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya dia qunut pada
pertengahan terakhir bulan Ramadhan.” [4]
3.
Atsar Ibnu Umar
عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ؛ أَنَّهُ كَانَ لاَ يَقْنُتُ
إِلاَّ فِي النِّصْفِ . يَعْنِي مِنْ رَمَضَان
“Dari
Nafi’ dari Ibnu Umar,Bahwasanya Dia(Ibnu Umar) tidak melakukan qunut kecuali
pada pertengahan terakhir bulan Ramadhan.” [5]
4.
Atsar Umar bin Al-Khattab
أَنَّ عُمَرَ حَيْثُ أَمَرَ أُبَيًّا أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فِي
رَمَضَانَ ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَقْنُتَ بِهِمْ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي لَيْلَةَ
سِتَّ عَشْرَة
“sesungguhnya
Umar memerintahkan Ubay untuk shalat mengimami manusia pada bulan Ramadhan, dan
memrintahkan untuk qunut pada sisa pertengahan (bulan Ramadhan) yaitu pada
malam ke enam belas.” [6]
C. Kesimpulan
Dari
pemaparan pendapat para ulama diatas beserta dalil-dalil yang ada pada masing
pendapat, maka pendapat yang rajah dalam masalah ini menurut hemat kami adalah
pendapat yang dipegang oleh para ullama Syafi’iyah yang menyatakan bahwa Qunut
Witir itu hanya dikerjakan pada saat pertengahan terakhir bulan ramadhan. Hal
ini di karenakan:
1.
Bahwa pendapat yang mengatakan qunut witir
di lakukan pada setiap shalat witir tidak dinukil dari para Sahabat kecuali
penukilan dari Abdullah bin Mas’ud
2.
Penukilan dari Sahabat Ibnu Mas’ud pun
terdapat kelemahan pada sisi sanadnya, karena sanadnya terputus
3.
Meskipun semua penukilan dari beberapa
sahabat yang menyatakan bahwa qunut witir hanya dailakukan pada pertengahan
terakhir bulan Ramadhan tidak lepas dari kelemahan, tetapi dengan adanya banyak
periwayatan tersebut bisa menjadikan atsar-atsar mereka menguatkan satu sama
lain
4.
Telah dinukil dari Ibnu Umar dengan sanad
yang shahih bahwa beliau tidaklah qunut witir kecuali pada pertengahan terakhir
bulan Ramadhan, yang hal ini tentunya bisa mengangkat kelemahan atsar-atsar
yang lainnya
Wallahu’alam.
Ditulis
oleh
Agus
Susanto bin Sanusi
Di
Jakarta 18 Ramadhan 1436H
[1] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya
no. 1427, Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1168, Ahmad dalam Musnad-nya
3/245 no. 1718,, Al-Baihaqi dalam Sunan Al Kubro’ 2/497 no.4811,
At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 3/47, 3/77, Ad-Darimi dalam dalam Sunan-nya no.1539,
Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya 2/151,Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya
2/300 no.6961, Al-Bazzar dalam Musnad-nya 1/234, Ibnu Jarud dalam Muntaqo
‘ no. 272 dan 273 Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Irwa’
Al-Ghalil 2/172 no.429
[2] Atsar ini dikeluarkan
oleh At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 9/283 dan Abdurrozaq dalam Mushannaf-
nya 3/120-121 dengan sanad terputus dari
jalan Ma’mar dari Abbaan dari Nakha’I berkata Al-Haitsami
dalam Majma’ Az-Zawaid :” diriwayatkan oleh At-Thabani dan
An-Nakha’I tidak mendengar dari Ibnu Mas’ud”
[3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1427 dengan memakai lafadz
tamridh sebagai suatu isyarat akan kelemahan hadist ini dari jalan dan Abdurrozzaq Dalam Mushanaf 4/260 dari jalan Ma’mar dari Az-Zuhri
[4] Diriwayatkan oleh Baihaqi Dalam Sunanul Kubro’ 2/498 dan Ibnu Abi
Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/305 dengan sanad yang lemah sekali dari Jalan Abi
Ishaq dari Al-Harits. Dan Al-Harits bin Abdillah seorang
yang sangat lemah.
[5] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya
2/305 no.7005 dengan sanad yang Shahih dari jalan Ibnu ‘Ulaiyah dari Ayyub
dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar
[6] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1432 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya
2/305 no.7014< hadist ini dilemahkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Dha’if
Abu Dawud 2/82 no.258
0 komentar:
Posting Komentar