
Puasa dibulan Ramadhan adalah momentum terbaik bagi kita untuk berlomba-lomba dalam ketaatan dan memperbanyak ibadah. Hanya saja banyak diantara kita yang menyia-nyiakan kesempatan yang sangat berharga ini dengan memperbanyak tidur pada saat puasa dibulan Ramadhan dengan beralasan bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu adalah ibadah sebagaimana disebutkan dalam suatu hadist. Benarkah hadist tersebut shahih?
dan jika hadist itu pun shahih, apa maknanya kita harus memperbanyak tidur?? Silahkan simak pada tulisan yang sederhana ini??
TEKS HADIST
عن عبد الله بن أبي أوفى :
عن النبي صلى الله عليه و سلم قال :
نوم الصائم عبادة و سكوته تسبيح و دعاؤه مستجاب و
عمله متقبل
Dari Abdullah bin Abi ‘Aufa’ berkata: Rosulullah ﷺ bersabda: tidurnya orang yang
berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya akan dilipatgandakan,
doanya akan terkabulkan, dan dosanya akan diampuni
TAKHRIJ HADIST
MAUDHU’ Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no. 3937, Ibnu Shaa’id dalam Musnad Abi ‘Aufa 2/120 no.34, Ad-Dailami 4/93 Al-Wahidiy dalam Al-Wasiith 1/65 dari jalan Sulaiman Bin ‘Amr dari Abdul Malik Bin Umair Dari Sahabat Abdullah bin Abi ‘Aufa’. Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/230 oleh Syeik Al-Albani
Sulaiman Bin ‘Amr adalah seorang perawi yang dinyatakan pendusta Abu Hatim, Ahmad Bin Hambal, dan Yahya Bin Ma’in. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 4/132.
Sulaiman Bin ‘Amr mempunyai beberapa Tawabi’ (penguat) Diantaranya:
1. Khalaf Bin Yahya sebagaimana di riwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no.3938 dan 3939 dan Dailami 4/427 no.6731
Dan Khalaf Bin Yahya adalah seorang yang dinyatakan pendusta oleh Abu Hatim. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 3/372
2. Ziyad Bin Al-A’lam sebagaimana diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no.3938, Ibnu Syahiin dalam At-Targhiib 1/283, Ibnu Al-Hammami dalam Juz Muntakhab 2/35, As-Silafiy dalam Ahaadist Muntakhab 1/33.
dalam Sanadnya terdapat Rawi yang bernama Ma’ruf bin Hasan yang dikatakan oleh Ibnu ‘Adiy : Munkarul Hadist. Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/230 oleh Syeik Al-Albani
Hadist Abdullah bin Abi ‘Aufa’ mempunyai beberapa Syawaahid diantaranya
1. Hadist Abdullah Bin Mas’ud diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul ‘Auliya’ 5/83 dari jalan ‘Ali bin Al-Hasan dari Abi Tayibah dari Kurz Bin Wabroh dari Ar-Rabi’ Bin Al-Khaitsam
dan sanad hadist ini lemah karena seoarang perawi Abu Tayibah yang namanya Abdullah Bin Muslim Al-Marwaziy seoarang yang lemah . Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/231 oleh Syeik Al-Albani
2. Hadist Ali Bin Abi Thalib diriwayatkan Jurjani dalam Tariikh Jurjan hal. 370 dari jalan Muhammad Bin Ja’far dari Muhammad Bin Ali Bin Al-Husain dengan sanad yang lemah karena sanadnya Mu’dhal (terputus sanadnya secara berurutan) dan adanya Seorang perawi yang bernama Muhammad bin Ja’far yang masih dibicarakan akan kredibelitas ketsiqohannya. Lihat lisanul Mizaan oleh Adz-Dzahabi 5/103
3. Hadist Abdullah Bin ‘Amr diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam ‘Amaliy dengan sanad yang lemah lihat Takhrij Ihya’ oleh Al-‘Iroqi 2/223
Benarkah tidur itu ibadah
Bulan Ramadhan pada hakikatnya bulan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan bulan untuk bermalas-malas dengan memperbanyak tidur. Dan jika tidur itu bisa melalaikan ibadah yang lain seperti shalat dan yang lainnya,maka tidur itu bisa menjadi maksiat bukan ibadah.
Seharusnya seorang muslim menjadikan bulan ramadhan sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan segala macam aktifitas ibadahnya dengan memperbanyak shalat sunnah, membaca al-qur’an, dzikir, bertasbih, berrtahlil dan beristigfar. Karena Amalan-Amalan di bulan Ramadhan ini akan dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Rosulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“ Setiap Amalan anak adam akan dibalas satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “ kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya, dia meninggalkan Syahwatnya, makannya untuk-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika bertemu Rabb-Nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada minyak misk.” Diriwayatkan oleh Muslim no.2763 dari Sahabat Abu Huhairoh
Sungguh merupakan suatu kerugian bagi kita manaka kita menyia-nyiakan kesemptan ini hanya dengan memperbanyak tidur dibulan Ramadhan ini, sehingga kitapun lalai dari ibadah lainnya. Padahal bisa mendapatkan kesempatan di bulan Ramadhan ini adalah nikmat yang sangat berharga yang Allah berikan kepada kita.
Apakah tidur orang berpuasa itu ibadah???
Setelah kita telah mengetahui bahwa hadist tidur orang yang berpuas itu ibadah adalah hadist yang Maudhu’ maka tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan dibulan Ramadhan ini dengan banyak tidur sehingga kesempatan bagi kita untuk banyak beribadah lewat begitu saja.
namun apakah dengan ini semua menafikan tidurnya puasa sebagai ibadah secara mutlak???
perlu kita ketahui bahwa makna tidur orang yang berpuasa itu ibadah bukanlah seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang dengan memperbanyak tidur di siang hari. Dan tidurnya orang yang berpuasa itu bisa bernilai ibadah manakala kita niatkan dalam tidur itu sebagai suatu yang bisa membantu kita untuk beribadah. Tentunya tidur yang dimaksud bukan dengan memperbanyak tidur, akan tetapi tidur yang secukupnya agar kita bisa lebih kuat dalam menjalankan ibadah dibulan Ramadhan baik disiang hari maupun di malam hari.
Berkata Syeikh Abdul ‘Aziz bin Baz Rahimahullah:
“ Bulan Ramadhan ini adalah momentum untuk orang-orang beriman dalam berlomba-lomba menuju Rabb mereka Jalla Wa ‘Aala dengan melakukan berbagai macam ketaatan, dan kebaikan, baik disiang hari maupun dimalam haru. Selayaknya bagi mukmin bersungguh-sungguh dalam ketaatan baik disiang hari maupun dimalam hari. Jika dia tidur, dia tertidur untuk bisa membantunya dalam ketaatan kepada Allah. Jika dia makan, dia meniatkan makan untuk bisa sungguh dalam berbagai macam ketaatan dan menggunakan segala macam kenikmatan Allah untuk bisa membantunya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.” Syarh Muktashar Wadzaaif Ramadhan hal 78
Kesimpulan
Pada penutup tulisan ini maka dapat kita simpulkan bahwa hadist tidurnya irang yang berpuasa itu adalah hadist yang palsu dikarenakan banyaknya para perawi yang dinyatakan pendusta oleh para ulama. Sehingga tidak bisa dijadikan sandaran untuk kita dalam bermalas-malasan lagi.
Bagi orang yang berpuasa tidur itu bukanlah merupakan ibadah kecuali jika dia meniatkan dalam tidurnya tersebut untuk bisa menjalankan ibadah kepada Allah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Yang hal ini tentunya dengan kadar yang tidak berlebih-lebihan sehingga waktu kita dalam bulan Ramadhan ini habis dengan kita memperbanyak tidur. Dan kesempatan kita untuk melakukan ibadah yang lainnyapun terbuang sia-sia.
Semoga dibulan Ramadhan ini Allah memberikan taufiq kepada kita, agar kita bisa lebih giat lagi dalam menjalankan segala rangkaian aktifitas ibadah kita dibulan yang penuh barakah ini.
Aamiin…
Ditulis oleh
Agus Susanto bin Sanusi
Di Jakarta 2 Ramadhan 1436 H
TAKHRIJ HADIST
MAUDHU’ Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no. 3937, Ibnu Shaa’id dalam Musnad Abi ‘Aufa 2/120 no.34, Ad-Dailami 4/93 Al-Wahidiy dalam Al-Wasiith 1/65 dari jalan Sulaiman Bin ‘Amr dari Abdul Malik Bin Umair Dari Sahabat Abdullah bin Abi ‘Aufa’. Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/230 oleh Syeik Al-Albani
Sulaiman Bin ‘Amr adalah seorang perawi yang dinyatakan pendusta Abu Hatim, Ahmad Bin Hambal, dan Yahya Bin Ma’in. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 4/132.
Sulaiman Bin ‘Amr mempunyai beberapa Tawabi’ (penguat) Diantaranya:
1. Khalaf Bin Yahya sebagaimana di riwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no.3938 dan 3939 dan Dailami 4/427 no.6731
Dan Khalaf Bin Yahya adalah seorang yang dinyatakan pendusta oleh Abu Hatim. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 3/372
2. Ziyad Bin Al-A’lam sebagaimana diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/415 no.3938, Ibnu Syahiin dalam At-Targhiib 1/283, Ibnu Al-Hammami dalam Juz Muntakhab 2/35, As-Silafiy dalam Ahaadist Muntakhab 1/33.
dalam Sanadnya terdapat Rawi yang bernama Ma’ruf bin Hasan yang dikatakan oleh Ibnu ‘Adiy : Munkarul Hadist. Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/230 oleh Syeik Al-Albani
Hadist Abdullah bin Abi ‘Aufa’ mempunyai beberapa Syawaahid diantaranya
1. Hadist Abdullah Bin Mas’ud diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul ‘Auliya’ 5/83 dari jalan ‘Ali bin Al-Hasan dari Abi Tayibah dari Kurz Bin Wabroh dari Ar-Rabi’ Bin Al-Khaitsam
dan sanad hadist ini lemah karena seoarang perawi Abu Tayibah yang namanya Abdullah Bin Muslim Al-Marwaziy seoarang yang lemah . Lihat Silsilah Ad-Dha’ifah 10/231 oleh Syeik Al-Albani
2. Hadist Ali Bin Abi Thalib diriwayatkan Jurjani dalam Tariikh Jurjan hal. 370 dari jalan Muhammad Bin Ja’far dari Muhammad Bin Ali Bin Al-Husain dengan sanad yang lemah karena sanadnya Mu’dhal (terputus sanadnya secara berurutan) dan adanya Seorang perawi yang bernama Muhammad bin Ja’far yang masih dibicarakan akan kredibelitas ketsiqohannya. Lihat lisanul Mizaan oleh Adz-Dzahabi 5/103
3. Hadist Abdullah Bin ‘Amr diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam ‘Amaliy dengan sanad yang lemah lihat Takhrij Ihya’ oleh Al-‘Iroqi 2/223
Benarkah tidur itu ibadah
Bulan Ramadhan pada hakikatnya bulan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan bulan untuk bermalas-malas dengan memperbanyak tidur. Dan jika tidur itu bisa melalaikan ibadah yang lain seperti shalat dan yang lainnya,maka tidur itu bisa menjadi maksiat bukan ibadah.
Seharusnya seorang muslim menjadikan bulan ramadhan sebagai suatu kesempatan untuk meningkatkan segala macam aktifitas ibadahnya dengan memperbanyak shalat sunnah, membaca al-qur’an, dzikir, bertasbih, berrtahlil dan beristigfar. Karena Amalan-Amalan di bulan Ramadhan ini akan dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Rosulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“ Setiap Amalan anak adam akan dibalas satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “ kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya, dia meninggalkan Syahwatnya, makannya untuk-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika bertemu Rabb-Nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah daripada minyak misk.” Diriwayatkan oleh Muslim no.2763 dari Sahabat Abu Huhairoh
Sungguh merupakan suatu kerugian bagi kita manaka kita menyia-nyiakan kesemptan ini hanya dengan memperbanyak tidur dibulan Ramadhan ini, sehingga kitapun lalai dari ibadah lainnya. Padahal bisa mendapatkan kesempatan di bulan Ramadhan ini adalah nikmat yang sangat berharga yang Allah berikan kepada kita.
Apakah tidur orang berpuasa itu ibadah???
Setelah kita telah mengetahui bahwa hadist tidur orang yang berpuas itu ibadah adalah hadist yang Maudhu’ maka tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan dibulan Ramadhan ini dengan banyak tidur sehingga kesempatan bagi kita untuk banyak beribadah lewat begitu saja.
namun apakah dengan ini semua menafikan tidurnya puasa sebagai ibadah secara mutlak???
perlu kita ketahui bahwa makna tidur orang yang berpuasa itu ibadah bukanlah seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang dengan memperbanyak tidur di siang hari. Dan tidurnya orang yang berpuasa itu bisa bernilai ibadah manakala kita niatkan dalam tidur itu sebagai suatu yang bisa membantu kita untuk beribadah. Tentunya tidur yang dimaksud bukan dengan memperbanyak tidur, akan tetapi tidur yang secukupnya agar kita bisa lebih kuat dalam menjalankan ibadah dibulan Ramadhan baik disiang hari maupun di malam hari.
Berkata Syeikh Abdul ‘Aziz bin Baz Rahimahullah:
“ Bulan Ramadhan ini adalah momentum untuk orang-orang beriman dalam berlomba-lomba menuju Rabb mereka Jalla Wa ‘Aala dengan melakukan berbagai macam ketaatan, dan kebaikan, baik disiang hari maupun dimalam haru. Selayaknya bagi mukmin bersungguh-sungguh dalam ketaatan baik disiang hari maupun dimalam hari. Jika dia tidur, dia tertidur untuk bisa membantunya dalam ketaatan kepada Allah. Jika dia makan, dia meniatkan makan untuk bisa sungguh dalam berbagai macam ketaatan dan menggunakan segala macam kenikmatan Allah untuk bisa membantunya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.” Syarh Muktashar Wadzaaif Ramadhan hal 78
Kesimpulan
Pada penutup tulisan ini maka dapat kita simpulkan bahwa hadist tidurnya irang yang berpuasa itu adalah hadist yang palsu dikarenakan banyaknya para perawi yang dinyatakan pendusta oleh para ulama. Sehingga tidak bisa dijadikan sandaran untuk kita dalam bermalas-malasan lagi.
Bagi orang yang berpuasa tidur itu bukanlah merupakan ibadah kecuali jika dia meniatkan dalam tidurnya tersebut untuk bisa menjalankan ibadah kepada Allah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Yang hal ini tentunya dengan kadar yang tidak berlebih-lebihan sehingga waktu kita dalam bulan Ramadhan ini habis dengan kita memperbanyak tidur. Dan kesempatan kita untuk melakukan ibadah yang lainnyapun terbuang sia-sia.
Semoga dibulan Ramadhan ini Allah memberikan taufiq kepada kita, agar kita bisa lebih giat lagi dalam menjalankan segala rangkaian aktifitas ibadah kita dibulan yang penuh barakah ini.
Aamiin…
Ditulis oleh
Agus Susanto bin Sanusi
Di Jakarta 2 Ramadhan 1436 H
0 komentar:
Posting Komentar