
Jumlah bilangan raka’at pada saat shalat taraweh merupakan polemik yang berkepanjangan diantara para ulama dari masa kemasa. Suatu hal yang lumrah jika perselisihan ini terjadi, karena memang masing-masing mereka mempunyai pegangan dalil yang mereka yakini. Dan uniknya ada sebagian kalangan yang berpendapat taraweh dengan 20 raka’at itu bid’ah.
Apa betul taraweh dengan 20 raka’at itu bid’ah??
Apa pandangan ulama madzhab tentang taraweh 20 raka’at?
Kemudian berapakah raka’at yang Diajarkan Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam shalat taraweh?
Semoga tulisan ini dapat membantu kita dalam menemukan jawaban itu semua??
TEKS HADIST
عن ابن عباس قال : كان النبي صلى الله عليه و سلم يصلي في رمضان عشرين ركعة والوتر
Dari Ibnu ‘Abbas berkata: “ Nabi ﷺ Shalat (Taraweh) pada bulan Ramadhan dengan dengan dua puluh raka’at dan witir (tiga raka’at)”
TAKHRIJ HADIST
MUNKAR, Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Mu’jamul Aushath 1/243 no.798 dan dalam Mu’jamul Al-Kabiir 11/243 no.393, Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro’ 2/496 no. 4391, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/394 no.7774, Abdun bin Humaid dalam Musnad-nya no.653 dengan sanad yang lemah dari jalan Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Al-Hakam bin ‘Utaibah dari Miqsam dari Sahabat Ibnu ‘Abbas.
letak kelemahan sanad ini terdapat pada seorang rawi yang bernama Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai Munkarul Hadist. Lihat kitab Al-Jarh Wa At-Ta’diil 2/115 oleh Ibnu Abi Haatim.
Bahkan Al-Hafiidz Ibnu Hajar dalam Taqriib-nya 1/61 sebagai Matrukul Hadist
Dan isi kandungan dari hadist ini juga bertentangan dengan hadist berikut:
عن عائشة قالت : ما كان رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشر ركعة
Dari ‘Aisyah berkata: Rosulullah ﷺ tidak menambah Raka’at lebih dari sebelas raka’at dibulan Ramadhan tidak pula diluar bulan Ramadhan. Diriwayatkan Oleh Bukhari no.1096, 1909, 3376 Dan Muslim no.1757
BEBERAPA ATSAR DARI PARA SAHABAT
Setelah kita telah mengetahui bahwa hadist yang menunjukkan Rosulullah ﷺ Shalat taraweh dengan 23 raka’at adalah mungkar, maka sekarang marilah kita mencoba untuk melihat kedudukan atsar yang datang dari para sahabat tentang masalah ini.
atsar yang datang dari para shabat diantaranya:
1. Atsar Umar bin Al-Khattab
كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب في رمضان بثلاث وعشرين ركعة
“ Manusia (para sahabat), ketika zaman Umar bin Khattab melaksanakan taraweh dengan dua puluh tiga raka’at”
TAKHRIJ ATSAR
DHAIF, diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Muwatho’ no.380, Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro’2/496 no.4394 dan dalam Ma’rifah As-Sunan Wa Al-Atsar 4/207 no.1443 dari jalan Malik dari Yazid bin Ruuman
Yaziid bin Ruuman adalah seoranng perawi yang tsiqoh. Lihat Taqriib At-Tahdziib 2/323 oleh Al-Hafiidz Ibnu Hajar.
Dan Atsar dari Yaziid bin Ruuman ini mempunyai beberapa penguat diantaranya:
a. Atsar dari As-Saaib bin Yaziid diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro’ 3/496 dengan sanad yang shahih dari jalan Ali bin Al-ja’ad dari Yaziid bin Khashifah
b. Atsar dari Yahya bin Sa’id diriwayatkan oleh Ibnu Abi Sya’ibah dalam Mushannafnya 2/393 dari jalan Waqi’ dari Malik bin Anas
Atsar ini mempunyai beberapa kelemahan dianataranya:
a. Riwayat atsar ini terdapat inqitho’(terputus sanadnya) sebagaimana ini dapat dilihat dari jalan Yaziid bin Ruuman dan Yahya bin Sa’id, hal ini dikarenakan mereka berdua tidak bertemu dengan Umar bin Al-Khattab
b. Atsar dari jalan Ali bin Al-ja’ad dari Yaziid bin Khashifah dari As-Saaib bin Yaziid adalah riwayat yang syadz, karena riwayat ini bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Muwatho’ 2/158 no.379 dari jalan Muhammad bin Yusuf yang menyebutkan bahwa Umar bin Al-Khattab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad-Dariiy untuk mengimami shalat sebanyak sebelas raka’at
2. Atsar Ali bin Abi Thalib
عَنِ أَبِي الْحَسْنَاءِ : أَنَّ عَلِيًّا أَمَرَ
رَجُلاً يُصَلِّي بِهِمْ فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً.
Dari Abi
Al-Hasnaa’: “bahwasanya Ali memerintahkan seseorang untuk Shalat Taraweh dengan
dua puluh raka’at.”
TAKHRIJ ATSAR
DHAIF,Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393 no.7763, letak kelemahan ini terdapat pada dua sisi:
pertama: Abu Al-Hasnaa’adalah seoarang perawi yang majhul sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Taqriib At-Tahdziib 2/384
kedua : adanya inqitha’ (terputusnya sanad) antara Abu Al-Hasnaa’ dengan Ali bin Abi Thalib, Karena Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Tahdziib At-Tahdziib 12/66:
“ Dia meriwayatkan dari Al-Hakam Bin ‘Utaibah dari Hanasy dari Ali tentang Udhiyah(penyembelihan).”
dari pernyataan Al-Hafidz diatas jelas sudah bahwa antara Ali da Abu Al-Hansaa’ terdapat inqitha’ (terputusnya sanad) dalam sauatu periwayatan
Atsar Ali Bin Abi Thalib ini pun diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro’2/496 no. 4396 Dari jalan Hammad bin Syu’aib dari ‘Atha bin As-Saa’ib dari Abu Abdirrahman As-Sulamiy dengan sanad yang sangat lemah, karena:
a. Hammad bin Syu’aib seoarang perawi yang lemah. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 3/142
b. ‘Atha bin As-Saa’ib seorang perawi yang Shoduq, Namun terdapat Ikhtlath. Lihat Taqriib At-Tahdziib 1/675
3. Atsar Ubay Bin Ka’ab
كان أبي بن كعب يصلي بالناس في رمضان بالمدينة عشرين ركعة ويوتر بثلاث
“ Ubay bin Ka’ab Shalat Taraweh mengimami manusia pada saat Ramadhan di Madinah dengan dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393, dari jalan Hasan dari Abdul ‘Aziz bin Rufai’ berkata…
berkata Syeikh Al-Albani: “ Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah degan sanad yang shahih sampai kepada Abdul ‘Aziz bin Rufai’ akan tetapi antara Abdul ‘Aziz bin Rufai’ dan Ubay terputus sanadnya karena jarak wafat antara keduanya sekitar ratusan tahun atau lebih.”Lihat kitab Shalat Tarawih hal.78 oleh Syeih Al-Albani
Atsar ini juga diriwayatkan oleh Ad-Dhiya’ Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh 1/384, dari jalan Abi Ja’far Ar-Raziy dari Rabi’ bin Annas dari Abi ‘Aliyah dari Ubay bin Ka’ab
berkata Syeikh Al-Albani: dan Sanad ini lemah, Abu Ja’far namanya’Isa bin ‘Isa bin Maahaan, Ad-Dzahabi dalam Adh-Dhu’afa’ mengatakan :
“Abu Zur’ah berkata: banyak keliru,
Ahmad berkata: (hafalannya) tidak kuat,
Murroh berkata: Hadistnya Shalih(layak),
Al-Fallas berkata : “Buruk Hafalannya.”
Yang lain berkata: “tsiqoh”
kemudian Adz-Dzahabi mengulanginya dalam kitabnya Al-Kunaa :” para ulama telah menjarh-nya”
Al-Hafidz dalam Taqriib-nya telah menghukumi sebagai Sayyi’ul Hifdz (buruk hafalannya). Lihat kitab Shalat Tarawih hal.80
Dan akan kelemahan atsar ini tidak diragukan lagi karena selain yang disebutkan diatas, atsar ini pun bertentangan dengan riwayat yang Shahih bahwa Umar bin Al-Khattab telah memerinahkan Ubay unutk mengimami manusia dalam shalat taraweh dengan sebelas raka’at. Lihat Muwatho’ 2/158 no.379
4. Atsar Ibnu Mas’ud
عن زيد بن وهب :كان عبد الله بن مسعود رضي الله عنه يصلي بنا في شهر رمضان فينصرف بليل. قال الاعمش : كان يصلي عشرين ركعة ويوتر بثلاث
“Abdullah bin Mas’ud shalat mengimami kami pada saat bulan ramadhan kemudian diapun pergi sementara aku masih mempunyai urusan terhadapnya. Berkata Al-‘Amasy: “ Dia(Abdullah bin Mas’ud) shalat (taraweh) dengan duapuluh raka’at dan Witir dengan tiga raka’at.”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar pada bagian pertama ini (tanpa perkataan Al-‘Amasy)dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir sebagaimana dikatakan oleh Al-Hatsami dalam Majma’ Az-Zawa-id 3/402 dan Atsar ini dengan redaksi lengkapnya diriwayatkan oleh Ibnu Nasr dalam Qiyaamu Al-Lail Sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Al-Albani dalam kitabnya Shalat Tarawih hal.81
dan bagian kedua dari atsar ini (perkataan Al-‘Amasy) terdapat kelemahan karena antara Al-‘Amasy dan Abdullah bin Mas’ud sanadnya terputus.
BEBERAPA ATSAR DARI PARA TABI’IN
1. Atsar ‘Atha bin Abi Rabbah
عن عطاء قال : أدركت الناس وهم يصلون ثلاثة وعشرين ركعة بالوتر
Dari ‘Atha berkata :” Aku mendapati manusia (para Sahabat) mereka shalat (taraweh) dua puluh tiga raka’at dengan witir.”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393 no.7770 dari jalan Ibnu Numair dari Abdul Malik Dari ‘Atha’ dengan sanad yang shahih.
2. Atsar Ibnu Abi Mulaikah
كان ابن أبي مليكة يصلّي بنا في رمضان عشرين ركعة ويقرأ بحمد الملائكة في ركعة
“ Ibnu Abi Mulaikah shalat mengimami Kami dengan duapuluh raka’at di bulan Ramadhan dan membaca surat Fathiir”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393, Dari jalan Waqi’ dari Nafi’ bin Umar dari Ibnu Abi Mulaikah dengan sanad yang shahih.
IJMA’ PARA SAHABAT BAHWA SHALAT TARAWEH 23 RAKA’AT
Shalat taraweh dengan dua puluh tiga raka’at dengan witir adalah suatu yang disepakati oleh para sahabat, dan adanya ijma’ ini telah dinukil oleh para ulama.
dan diantara ulama itu adalah:
1. Al-Imam Mulaa Ali Al-Qorii
beliau berkata dalam kitabnya Mirqootul Mafaatih Syarh Misykatul Masaabih 4/441:
وفي صحيحي ابن خزيمة وابن حبان أنه صلى بهم ثمان ركعات والوتر لكن أجمع الصحابة على أن التراويح عشرون ركعة
“ Didalam shahih Ibnu Khuzaimah dan Shahih Ibnu Hibban (disebutkan) bahwa Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat Taraweh dengan delapan Raka’at dan Witir (tiga raka’at), akan tetapi para sahabat telah sepakat bahwa shalat taraweh itu duapuluh raka’at.”
2. Ibnu Qudamah
beliau berkata dalam kitabnya Al-Mugni 1/833:
ثم لو ثبت أن أهل المدينة كلهم فعلوه لكان ما فعله عمر وأجمع عليه الصحابة في عصره أولى بالإتباع
“ kemudian kalau memang telah datang penukilan bahwa penduduk madinah semuanya shalat (taraweh dengan tigapuluh enam raka’at), maka apa yang dilakukan Umar dan apa yang disepakati oleh para sahabat dizamannya lebih layak untuk diikuti.”
3. Ibnu Abdli Barr
beliau berkata dalam kitabnya Al-Istidzkaar 2/69:
وروي عشرون ركعة عن علي ، وشتير بن شكل ، وابن أبي مليكة ، والحارث الهمداني ، وأبي البختري ، وهو قول جمهور العلماء ، وبه قال الكوفيون والشافعي وأكثر الفقهاء ، وهو الصحيح عن أبي بن كعب ، من غير خلاف من الصحابة ، وقال عطاء : أدركت الناس وهم يصلون ثلاثا وعشرين ركعة
بالوتر "
TAKHRIJ ATSAR
DHAIF,Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393 no.7763, letak kelemahan ini terdapat pada dua sisi:
pertama: Abu Al-Hasnaa’adalah seoarang perawi yang majhul sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Taqriib At-Tahdziib 2/384
kedua : adanya inqitha’ (terputusnya sanad) antara Abu Al-Hasnaa’ dengan Ali bin Abi Thalib, Karena Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Tahdziib At-Tahdziib 12/66:
“ Dia meriwayatkan dari Al-Hakam Bin ‘Utaibah dari Hanasy dari Ali tentang Udhiyah(penyembelihan).”
dari pernyataan Al-Hafidz diatas jelas sudah bahwa antara Ali da Abu Al-Hansaa’ terdapat inqitha’ (terputusnya sanad) dalam sauatu periwayatan
Atsar Ali Bin Abi Thalib ini pun diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro’2/496 no. 4396 Dari jalan Hammad bin Syu’aib dari ‘Atha bin As-Saa’ib dari Abu Abdirrahman As-Sulamiy dengan sanad yang sangat lemah, karena:
a. Hammad bin Syu’aib seoarang perawi yang lemah. Lihat Al-Jarh Wa At-Ta’diil 3/142
b. ‘Atha bin As-Saa’ib seorang perawi yang Shoduq, Namun terdapat Ikhtlath. Lihat Taqriib At-Tahdziib 1/675
3. Atsar Ubay Bin Ka’ab
كان أبي بن كعب يصلي بالناس في رمضان بالمدينة عشرين ركعة ويوتر بثلاث
“ Ubay bin Ka’ab Shalat Taraweh mengimami manusia pada saat Ramadhan di Madinah dengan dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393, dari jalan Hasan dari Abdul ‘Aziz bin Rufai’ berkata…
berkata Syeikh Al-Albani: “ Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah degan sanad yang shahih sampai kepada Abdul ‘Aziz bin Rufai’ akan tetapi antara Abdul ‘Aziz bin Rufai’ dan Ubay terputus sanadnya karena jarak wafat antara keduanya sekitar ratusan tahun atau lebih.”Lihat kitab Shalat Tarawih hal.78 oleh Syeih Al-Albani
Atsar ini juga diriwayatkan oleh Ad-Dhiya’ Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh 1/384, dari jalan Abi Ja’far Ar-Raziy dari Rabi’ bin Annas dari Abi ‘Aliyah dari Ubay bin Ka’ab
berkata Syeikh Al-Albani: dan Sanad ini lemah, Abu Ja’far namanya’Isa bin ‘Isa bin Maahaan, Ad-Dzahabi dalam Adh-Dhu’afa’ mengatakan :
“Abu Zur’ah berkata: banyak keliru,
Ahmad berkata: (hafalannya) tidak kuat,
Murroh berkata: Hadistnya Shalih(layak),
Al-Fallas berkata : “Buruk Hafalannya.”
Yang lain berkata: “tsiqoh”
kemudian Adz-Dzahabi mengulanginya dalam kitabnya Al-Kunaa :” para ulama telah menjarh-nya”
Al-Hafidz dalam Taqriib-nya telah menghukumi sebagai Sayyi’ul Hifdz (buruk hafalannya). Lihat kitab Shalat Tarawih hal.80
Dan akan kelemahan atsar ini tidak diragukan lagi karena selain yang disebutkan diatas, atsar ini pun bertentangan dengan riwayat yang Shahih bahwa Umar bin Al-Khattab telah memerinahkan Ubay unutk mengimami manusia dalam shalat taraweh dengan sebelas raka’at. Lihat Muwatho’ 2/158 no.379
4. Atsar Ibnu Mas’ud
عن زيد بن وهب :كان عبد الله بن مسعود رضي الله عنه يصلي بنا في شهر رمضان فينصرف بليل. قال الاعمش : كان يصلي عشرين ركعة ويوتر بثلاث
“Abdullah bin Mas’ud shalat mengimami kami pada saat bulan ramadhan kemudian diapun pergi sementara aku masih mempunyai urusan terhadapnya. Berkata Al-‘Amasy: “ Dia(Abdullah bin Mas’ud) shalat (taraweh) dengan duapuluh raka’at dan Witir dengan tiga raka’at.”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar pada bagian pertama ini (tanpa perkataan Al-‘Amasy)dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir sebagaimana dikatakan oleh Al-Hatsami dalam Majma’ Az-Zawa-id 3/402 dan Atsar ini dengan redaksi lengkapnya diriwayatkan oleh Ibnu Nasr dalam Qiyaamu Al-Lail Sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Al-Albani dalam kitabnya Shalat Tarawih hal.81
dan bagian kedua dari atsar ini (perkataan Al-‘Amasy) terdapat kelemahan karena antara Al-‘Amasy dan Abdullah bin Mas’ud sanadnya terputus.
BEBERAPA ATSAR DARI PARA TABI’IN
1. Atsar ‘Atha bin Abi Rabbah
عن عطاء قال : أدركت الناس وهم يصلون ثلاثة وعشرين ركعة بالوتر
Dari ‘Atha berkata :” Aku mendapati manusia (para Sahabat) mereka shalat (taraweh) dua puluh tiga raka’at dengan witir.”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393 no.7770 dari jalan Ibnu Numair dari Abdul Malik Dari ‘Atha’ dengan sanad yang shahih.
2. Atsar Ibnu Abi Mulaikah
كان ابن أبي مليكة يصلّي بنا في رمضان عشرين ركعة ويقرأ بحمد الملائكة في ركعة
“ Ibnu Abi Mulaikah shalat mengimami Kami dengan duapuluh raka’at di bulan Ramadhan dan membaca surat Fathiir”
TAKHRIJ ATSAR
Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/393, Dari jalan Waqi’ dari Nafi’ bin Umar dari Ibnu Abi Mulaikah dengan sanad yang shahih.
IJMA’ PARA SAHABAT BAHWA SHALAT TARAWEH 23 RAKA’AT
Shalat taraweh dengan dua puluh tiga raka’at dengan witir adalah suatu yang disepakati oleh para sahabat, dan adanya ijma’ ini telah dinukil oleh para ulama.
dan diantara ulama itu adalah:
1. Al-Imam Mulaa Ali Al-Qorii
beliau berkata dalam kitabnya Mirqootul Mafaatih Syarh Misykatul Masaabih 4/441:
وفي صحيحي ابن خزيمة وابن حبان أنه صلى بهم ثمان ركعات والوتر لكن أجمع الصحابة على أن التراويح عشرون ركعة
“ Didalam shahih Ibnu Khuzaimah dan Shahih Ibnu Hibban (disebutkan) bahwa Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat Taraweh dengan delapan Raka’at dan Witir (tiga raka’at), akan tetapi para sahabat telah sepakat bahwa shalat taraweh itu duapuluh raka’at.”
2. Ibnu Qudamah
beliau berkata dalam kitabnya Al-Mugni 1/833:
ثم لو ثبت أن أهل المدينة كلهم فعلوه لكان ما فعله عمر وأجمع عليه الصحابة في عصره أولى بالإتباع
“ kemudian kalau memang telah datang penukilan bahwa penduduk madinah semuanya shalat (taraweh dengan tigapuluh enam raka’at), maka apa yang dilakukan Umar dan apa yang disepakati oleh para sahabat dizamannya lebih layak untuk diikuti.”
3. Ibnu Abdli Barr
beliau berkata dalam kitabnya Al-Istidzkaar 2/69:
وروي عشرون ركعة عن علي ، وشتير بن شكل ، وابن أبي مليكة ، والحارث الهمداني ، وأبي البختري ، وهو قول جمهور العلماء ، وبه قال الكوفيون والشافعي وأكثر الفقهاء ، وهو الصحيح عن أبي بن كعب ، من غير خلاف من الصحابة ، وقال عطاء : أدركت الناس وهم يصلون ثلاثا وعشرين ركعة
بالوتر "
“ telah diriwayatkan (shalat
taraweh itu) duapuluh raka’t dari Ali, Syatiir bin Syakl, Ibnu Abi Mulaikah,
Al-Harits Al-Hamdaani, Abu Al-Bakhtariy, dan ini adalah pendapat jumhur. Dan
inilah pendapat penduduk kuffah, Syafi’I, dan mayoritas ulama, inilah yang
Shahih dari Ubay bin Ka’ab tanpa ada
perselisihan dari kalangan sahabat
berkata ‘Atha: :” Aku mendapati manusia (para Sahabat) mereka shalat (taraweh) dua puluh tiga raka’at dengan witir.”
Syeikh Al-Albani dalam kitabnya Shalat Tarawih hal.84 telah membantah akan klaim ijma’ dari para sahabat ini, karena memang seluruh riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat tersebut shalat taraweh dengan duapuluh tiga raka’at dengan witir adalah lemah. Dan beliaupun mengatakan bahwa klaim seperti ini adalah bathil.
SANGGAHAN: Apa yang dibantah oleh Syeikh Al-Albani dalam kitabnya tersebut menurut hemat kami adalah kurang tepat, memang apa yang datang dari para sahabat tersebut tidaklah lepas dari suatu kritikan dan kelemahan. Hanya saja apa yang dinukil oleh ‘Atha bin Abi Rabaah dengan sanad yang shahih adalah suatu yang menunjukkan bahwa pernyataan ijma’nya para sahabat dalam masalah ini bisa dibenarkan. Wallahu’alam.
PENDAPAT PARA ULAMA MADZHAB BAHWA TARAWEH ITU 23 RAKA’AT DENGAN WITIR
Setelah kita melihat dalil-dalil shalat taraweh itu duapuluh tiga raka’at dengan witir, maka sekarang marilah kita menyimak pendapat para ulama madzhab yang menyatakan akan hal ini.
berikut penukilannya:
1. Madzhab Hanafi
berkata Al-Imam As-Sarakhsiy dalam kitabnya Al-Mabsuth 2/256:
فإنها عشرون ركعة سوى الوتر عندنا وقال مالك رحمه الله تعالى السنة فيها ستة وثلاثون قيل من أراد أن يعمل بقول مالك رحمه الله تعالى ويسلك مسلكه ينبغي أن يفعل كما قال أبو حنيفة رحمه الله تعالى يصلي عشرين ركعة كما هو السنة ويصلي الباقي فرادى كل تسليمتين أربع ركعات وهذا
مذهبنا
“ Sesungguhnya Shalat taraweh itu duapuluh raka’at selain witir menurut madzhab kami, dan Al-Imam Malik –Rahimahullah-berpendapat bahwa yang sunnah itu adalah tigapuluh enam raka’at, dikatakan: siapa yang mengikuti pendapat Malik maka hendaknya dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Abu Hanifah yaitu dengan shalat dua puluh raka’at sebagaimana yang disunnahkan, dan sisanya shalat dengan sendiri-sendiri dengan dua salam pada setiap empat raka’at dan ini adalah madhab kami.”
2. Madzhab Syafi’iyah
berkata Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Majmu’ Syarh Muhadz-dzab 4/31
اما حكم المسألة فصلاة التراويح سنة باجماع العلماء ومذهبنا أنها عشرون ركعة بعشر تسليمات وتجوز منفردا وجماعة
“ Adapun masalah Shalat Taraweh maka hukumnya adalah Sunnah sebagaimana kesepakatan para ulama, dan menurut madzhab kami shalat taraweh itu duapuluh raka’at dengan sepuluh kali salam, boleh dikerakan dengan sendiri-sendiri atau berjama’ah.”
3. Madhab Hanabilah
Berkata Al-Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mugni 1/833:
فصل : والمختار عند أبي عبد الله رحمه الله فيها عشرون ركعة وبهذا قال الثوري و أبو حنيفة و الشافعي وقال مالك : ستة وثلاثون أنه الأمر القديم وتعلق بفعل أهل المدينة
“Pasal: Dan pendapat yang dipilih dari Abi Abdillah (Ahmad bin Hanbal) -rahimahullah- bahwa shalat taraweh itu duapuluh raka’at dan ini adalah penapat yang dipilih oleh At-Tsauri, Abu hanifah dan As-Syafi’I, dan Malik berpendapat tigapuluh enam raka’at dan ini adalah pendapat lamanya yang berpegang dengan amalan penduduk madinah.”
BID’AHKAH TARAWEH DENGAN 20 RAKA’AT
Riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan diatas menunjukkan bahwa shalat taraweh dengan dua puluh raka’at bukanlah suatu yang bid’ah. Jika kita cermati dengan seksama atsar-atsar para sahabat tentang masalah ini kita dapati bahwa letak kelemahan pada atsar-atsar tersebut adalah terputusnya sanad, akan tetapi dengan banyaknya periwayatan dan penukilan dari mereka, bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa atsar-atsar memiliki asal dari para sahabat dan shalat taraweh dengan duapuluh raka’at adalah suatu yang masyhur dikalangan mereka. Bahkan sebagian ulama menganggap bahwa shalat taraweh dengan duapuluh raka’at adalah ijma’ para ulama.
Jadi shalat taraweh dengan duapuluh raka’at bukanlah suatu yang bid’ah melainkan ini adalah amalan para sahabat dan pendapat mayoritas ulama.
Sehingga untuk menghukumi hal ini sebagai suatu bid’ah dan mengatakannya ini adalah perbuatan yang baru dalam agama adalah suatu kesalahan dan suatu tindakan terburu-buru.
BERAPA JUMLAH RAKA’AT SHALAT TARAWEH
Jumlah raka’at dalam shalat taraweh adalah perkara yang fleksibel, telah datang riwayat bahwa Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat taraweh dengan sebelas raka’at dengan witir, sebagaimana datang pula bahwa taraweh dengan duapuluh tiga raka’at adalah amalan para sahabat.
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa 23/11:
“Sebagian kalangan mengatakan: telah datang riwayat dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak menambah Raka’at lebih dari tigabelas raka’at dibulan Ramadhan tidak pula diluar bulan Ramadhan. Dan sebagian kalangan goncang dalam perkara asal ini, karena mereka menganggap bahwa hadist shahih(yang menunjukkan shalat taraweh sebelas raka’at) bertentangan dengan amalan para khulafa rasyidin dan kaum muslimin (yang menunjukkan shalat taraweh duapuluh tiga raka’at), dan yang benar dalam masalah ini adalah semuanya baik sebagaimana hal ini ditegaskan oleh Al-Imam Ahmad, dan bahwasanya Taraweh pada bulan Ramadhan tidak dibatasi dengan jumlah bilangan raka’at, karena Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak memberikan batasan.”
berkata Syeikh Abdul Aziz bin Baz dalam Fatawa-nya 11/322:
“dan telah datang riwayat bahwa Umar bin Al-Khattab telah memerintahkan beberapa orang sahabat untuk shalat taraweh dengan sebelas raka’at,dan telah datang pula bahwa mereka shalat taraweh dengan duapuluh tiga raka’at dan ini menunjukkan bahwa hal ini adalah perkara yang fleksibel dikalangan para sahabat. Sebagaimana Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabada : “Shalat Malam itu dua raka’at dua raka’at”.
PENUTUP
Dari apa yang telah kami paparkan diatas, jelaslah sudah bahwa shalat taraweh dengan duapuluh raka’at ditambah witir tiga raka’at adalah suatu amalan yang mempunyai landasan dan bukan suatu perkara bid’ah sebagaimana disangka oleh sebagian kalangan. Dan untuk mengatakan masalah ini adalah masalah bid’ah dalam agama, menurut hemat kami itu merupakan tindakan tergesa-gesa.
Disamping permasalahan ini adalah masalah khilafiyah, hal ini juga merupakan amalan yang dilakukan oleh para sahabat.
Maka diakhir tulisan ini saya menghimbau kepada saudara-saudaraku yang mempunyai semangat dalam menjalankan sunnah, mari kita terus perdalam khazanah keislaman kita. Jangan kita menjadikan diri kita sebagai orang yang tergesa-gesa dalam menghukumi suatu masalah tanpa mau mempelajari terlebih dahulu suatu masalah tersebut.
Dan inilah mungkin yang kami sajikan dari tulisan yang sederhana ini, sekiranya ada dalam tulisan ini ada sauatu kesalahan ilmiyah maka kami sangat mengharap akan kritikan dan sarannya
Wabillahi At-Taufiq...
Ditulis oleh
Agus Susanto bin Sanusi
Di Jakarta 9 Ramadhan 1436 H
berkata ‘Atha: :” Aku mendapati manusia (para Sahabat) mereka shalat (taraweh) dua puluh tiga raka’at dengan witir.”
Syeikh Al-Albani dalam kitabnya Shalat Tarawih hal.84 telah membantah akan klaim ijma’ dari para sahabat ini, karena memang seluruh riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat tersebut shalat taraweh dengan duapuluh tiga raka’at dengan witir adalah lemah. Dan beliaupun mengatakan bahwa klaim seperti ini adalah bathil.
SANGGAHAN: Apa yang dibantah oleh Syeikh Al-Albani dalam kitabnya tersebut menurut hemat kami adalah kurang tepat, memang apa yang datang dari para sahabat tersebut tidaklah lepas dari suatu kritikan dan kelemahan. Hanya saja apa yang dinukil oleh ‘Atha bin Abi Rabaah dengan sanad yang shahih adalah suatu yang menunjukkan bahwa pernyataan ijma’nya para sahabat dalam masalah ini bisa dibenarkan. Wallahu’alam.
PENDAPAT PARA ULAMA MADZHAB BAHWA TARAWEH ITU 23 RAKA’AT DENGAN WITIR
Setelah kita melihat dalil-dalil shalat taraweh itu duapuluh tiga raka’at dengan witir, maka sekarang marilah kita menyimak pendapat para ulama madzhab yang menyatakan akan hal ini.
berikut penukilannya:
1. Madzhab Hanafi
berkata Al-Imam As-Sarakhsiy dalam kitabnya Al-Mabsuth 2/256:
فإنها عشرون ركعة سوى الوتر عندنا وقال مالك رحمه الله تعالى السنة فيها ستة وثلاثون قيل من أراد أن يعمل بقول مالك رحمه الله تعالى ويسلك مسلكه ينبغي أن يفعل كما قال أبو حنيفة رحمه الله تعالى يصلي عشرين ركعة كما هو السنة ويصلي الباقي فرادى كل تسليمتين أربع ركعات وهذا
مذهبنا
“ Sesungguhnya Shalat taraweh itu duapuluh raka’at selain witir menurut madzhab kami, dan Al-Imam Malik –Rahimahullah-berpendapat bahwa yang sunnah itu adalah tigapuluh enam raka’at, dikatakan: siapa yang mengikuti pendapat Malik maka hendaknya dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Abu Hanifah yaitu dengan shalat dua puluh raka’at sebagaimana yang disunnahkan, dan sisanya shalat dengan sendiri-sendiri dengan dua salam pada setiap empat raka’at dan ini adalah madhab kami.”
2. Madzhab Syafi’iyah
berkata Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Majmu’ Syarh Muhadz-dzab 4/31
اما حكم المسألة فصلاة التراويح سنة باجماع العلماء ومذهبنا أنها عشرون ركعة بعشر تسليمات وتجوز منفردا وجماعة
“ Adapun masalah Shalat Taraweh maka hukumnya adalah Sunnah sebagaimana kesepakatan para ulama, dan menurut madzhab kami shalat taraweh itu duapuluh raka’at dengan sepuluh kali salam, boleh dikerakan dengan sendiri-sendiri atau berjama’ah.”
3. Madhab Hanabilah
Berkata Al-Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mugni 1/833:
فصل : والمختار عند أبي عبد الله رحمه الله فيها عشرون ركعة وبهذا قال الثوري و أبو حنيفة و الشافعي وقال مالك : ستة وثلاثون أنه الأمر القديم وتعلق بفعل أهل المدينة
“Pasal: Dan pendapat yang dipilih dari Abi Abdillah (Ahmad bin Hanbal) -rahimahullah- bahwa shalat taraweh itu duapuluh raka’at dan ini adalah penapat yang dipilih oleh At-Tsauri, Abu hanifah dan As-Syafi’I, dan Malik berpendapat tigapuluh enam raka’at dan ini adalah pendapat lamanya yang berpegang dengan amalan penduduk madinah.”
BID’AHKAH TARAWEH DENGAN 20 RAKA’AT
Riwayat-riwayat yang telah kami sebutkan diatas menunjukkan bahwa shalat taraweh dengan dua puluh raka’at bukanlah suatu yang bid’ah. Jika kita cermati dengan seksama atsar-atsar para sahabat tentang masalah ini kita dapati bahwa letak kelemahan pada atsar-atsar tersebut adalah terputusnya sanad, akan tetapi dengan banyaknya periwayatan dan penukilan dari mereka, bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa atsar-atsar memiliki asal dari para sahabat dan shalat taraweh dengan duapuluh raka’at adalah suatu yang masyhur dikalangan mereka. Bahkan sebagian ulama menganggap bahwa shalat taraweh dengan duapuluh raka’at adalah ijma’ para ulama.
Jadi shalat taraweh dengan duapuluh raka’at bukanlah suatu yang bid’ah melainkan ini adalah amalan para sahabat dan pendapat mayoritas ulama.
Sehingga untuk menghukumi hal ini sebagai suatu bid’ah dan mengatakannya ini adalah perbuatan yang baru dalam agama adalah suatu kesalahan dan suatu tindakan terburu-buru.
BERAPA JUMLAH RAKA’AT SHALAT TARAWEH
Jumlah raka’at dalam shalat taraweh adalah perkara yang fleksibel, telah datang riwayat bahwa Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam shalat taraweh dengan sebelas raka’at dengan witir, sebagaimana datang pula bahwa taraweh dengan duapuluh tiga raka’at adalah amalan para sahabat.
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa 23/11:
“Sebagian kalangan mengatakan: telah datang riwayat dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak menambah Raka’at lebih dari tigabelas raka’at dibulan Ramadhan tidak pula diluar bulan Ramadhan. Dan sebagian kalangan goncang dalam perkara asal ini, karena mereka menganggap bahwa hadist shahih(yang menunjukkan shalat taraweh sebelas raka’at) bertentangan dengan amalan para khulafa rasyidin dan kaum muslimin (yang menunjukkan shalat taraweh duapuluh tiga raka’at), dan yang benar dalam masalah ini adalah semuanya baik sebagaimana hal ini ditegaskan oleh Al-Imam Ahmad, dan bahwasanya Taraweh pada bulan Ramadhan tidak dibatasi dengan jumlah bilangan raka’at, karena Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak memberikan batasan.”
berkata Syeikh Abdul Aziz bin Baz dalam Fatawa-nya 11/322:
“dan telah datang riwayat bahwa Umar bin Al-Khattab telah memerintahkan beberapa orang sahabat untuk shalat taraweh dengan sebelas raka’at,dan telah datang pula bahwa mereka shalat taraweh dengan duapuluh tiga raka’at dan ini menunjukkan bahwa hal ini adalah perkara yang fleksibel dikalangan para sahabat. Sebagaimana Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabada : “Shalat Malam itu dua raka’at dua raka’at”.
PENUTUP
Dari apa yang telah kami paparkan diatas, jelaslah sudah bahwa shalat taraweh dengan duapuluh raka’at ditambah witir tiga raka’at adalah suatu amalan yang mempunyai landasan dan bukan suatu perkara bid’ah sebagaimana disangka oleh sebagian kalangan. Dan untuk mengatakan masalah ini adalah masalah bid’ah dalam agama, menurut hemat kami itu merupakan tindakan tergesa-gesa.
Disamping permasalahan ini adalah masalah khilafiyah, hal ini juga merupakan amalan yang dilakukan oleh para sahabat.
Maka diakhir tulisan ini saya menghimbau kepada saudara-saudaraku yang mempunyai semangat dalam menjalankan sunnah, mari kita terus perdalam khazanah keislaman kita. Jangan kita menjadikan diri kita sebagai orang yang tergesa-gesa dalam menghukumi suatu masalah tanpa mau mempelajari terlebih dahulu suatu masalah tersebut.
Dan inilah mungkin yang kami sajikan dari tulisan yang sederhana ini, sekiranya ada dalam tulisan ini ada sauatu kesalahan ilmiyah maka kami sangat mengharap akan kritikan dan sarannya
Wabillahi At-Taufiq...
Ditulis oleh
Agus Susanto bin Sanusi
Di Jakarta 9 Ramadhan 1436 H
0 komentar:
Posting Komentar