
Pada tulisan kami yang lalu telah
dijelaskan akan waktu disyari’atkannya Qunut witir, yaitu pada saat pertengahan
akhir bulan Ramadhan menurut pendapat yang terkuat.
Dan sebagai lanjutan dari tulisan kami
sebelumnya kali ini kami akan mencoba menyajikan kepada pembaca tentang tempat
qunut witir tersebut, setelah ruku’ atau sebelum ruku’???
Semoga hal ini bisa memberikan manfaat.
Pendapat dari para Ulama
Ada beberapa penukilan dari para Ulama
berbagai macam Madzhab tentang tempat untuk melakukan Qunut witir itu sendiri.
Berikut nukilannya:
1.Madzhab Hanafiyah
Berkata As-Sarakshi dalam kitabnya Al-Mabshuth 1/300
والثالث: أنه يقنت قبل الركوع عندنا
لما روينا من الآثار ولأن القنوت في معنى القراءة فإن قوله: اللهم إنا نستعينك
مكتوب في مصحف أبي وبن مسعود في سورتين فالقراءة قبل الركوع فكذلك القنوت.
“
Ketiga: Bahwa Qunut itu menurut kami (madzhab Hanafiyah) sebelum ruku berdasarkan
Atsar-atsar yang kami bawakan, karena Qunut itu sebenarnya adalah bacaan
qur’an. Karena perkataan : “Allahumma Inna Nasta’inuka” tertulis dalam
Mushaf Abu Mas’ud Dan Ibnu Mas’ud pada dua surat, dan bacaan (Qur’an) itu sebelum ruku’, demikian juga
Qunut.”
Dalam Kitab Bada’iu Sanaa’iy 1/273 disebutkan:
وَأَمَّا
مَحَلُّ أَدَائِهِ فَالْوِتْرُ في جَمِيعِ السُّنَّةِ قبل الرُّكُوعِ عِنْدَنَا
“ Adapun tempat melaksanakannya adalah
pada saat witir sebelum ruku’ menurut madzhab kami pada setiap kali melaksanakan
semua shalat Sunnah.”
2. Madzhab
Syafi’iyah
Berkata
Al-Imam An-Nawawi dalam Majmu’ Syarh Muhadzdzab 3/506
في مذهبهم في محل
القنوت: قد ذكرنا أن مذهبنا أن محله بعد رفع الرأس من الركوع وبهذا قال أبو بكر الصديق
وعمر بن الخطاب وعثمان وعلي رضى تعالي عنهم
“ pendapat para ulama tentang tempat
(disyari’atkan) Qunut, kami telah jelaskan bahwa menurut pendapat kami bahwa
letak Qunut itu setelah mengangkat kepala dari ruku’, dan ini adalah pendapat
Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali Radhiyallahu’anhum”
Berkata
Al-Maawardi dalam Al-Hawii Al-Kabiir 2/358
الْفَصْلُ
الثَّالِثُ : فِي مَحَلِّ الْقُنُوتِ فَمَحَلُّهُ بَعْدَ الرُّكُوعِ إِذَا فَرَغَ
مِنْ قَوْلِ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ فَحِينَئِذٍ
يَقْنُتُ
“ Pasal ketiga: tentang letak
(disyari'atkannya) Qunut, Maka letaknya adalah setelah ruku' apabila telah
selesai mengucapkan Sami'allahu Liman hamidah Rabbana Lakal Hamdu, maka
ketika itu baru Qunut"
3. Madzhab
Hanabilah
Berkata Ibnu
Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni 1/820
فصل : ويقنت بعد الركوع نص عليه أحمد وروي نحو ذلك عن أبي بكر الصديق
وعمر وعثمان وعلي وأبي قلابة وأبي المتوكل وأيوب السختياني وبه قال الشافعي وروي
عن أحمد أنه قال : أنا أذهب إلى أنه بعد الركوع فإن قنت قبله فلا بأس
" Pasal
: Dan Qunut itu setelah ruku' inilah yang dinyatakan oleh Imam Ahmad,
Diriwayatkan seperti itu juga darai Abu Bakar As-Shiddiq, Umar, Utsman, Ali,
abu Qilabah, Abu Al-Mutawakkil, Ayyub As-Sikhtiyani, dan ini adalah penadapat
Imam As-Syafi'i, dan diriwayatkan dari Imam Ahmad berkata ; Aku berpendapat
bahwa (Qunut/ itu setelah ruku' akan tetapi jika seorang qunut sebelum ruku'
maka tidak mengapa."
Berkata
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa 23/100
وأما
القنوت فالناس فيه طرفان ووسط, فمنهم من لا يرى القنوت إلا قبل الركوع, ومنهم من
لا يراه إلا بعد, وأما فقهاء أهل الحديث كأحمد وغيره فيجوزون كلا الأمرين لمجيء
السنة الصحيحة بهما, وإن اختاروا القنوت بعده لأنه أكثر وأقيس, فإن سماع الدعاء
مناسب لقول العبد: سمع الله لمن حمده, فإنه يشرع الثناء على الله قبل دعائه كما
بنيت فاتحة الكتاب على ذلك أولها ثناء وآخرها دعاء
"
Adapun Masalah Qunut manusia terbagi menjadi dua kelompok yang berbeda dan satu
kelompok yang pertengahan. diantara mereka ada yang berpendapat bahwa Qunut itu
tidaklah dilakukan kecuali sebelum ruku', diantara mereka ada yang berpendapat
setelahnya. Adapun Fuqoha Ahlu Hadist seperti imam Ahmad dan lainnya membolehkan kedua-duanya sebagaimana
ditunjukkan oleh Sunnah, meskipun beliau memilih setelah ruku' karena itu
adalah kebanyakan riwayat dan cocok. karena memperdengarkan do'a sngat pas
tatkala seoarang hamba mengucapkan Sami'allahu Liman Hamidah sebab
disyari'atkan untuk kita memuji Allah terlebih dahulu sebelum berdo'a
sebagaimana telah aku jelaskan dalam permulaan kitab ini, bahwa do'a itu
diawali dengan pujian dan diakhiri dengan permohonan."
Kesimpulan
Dari penukilan pendapat para Ulama dari beberapa
Madzhab, Nampak bahwa permasalahan letak qunut witir terbagi menjadi tiga
pendapat
Pendapat pertama
: Qunut witir itu terletak pada sebelum ruku’
Ini adalah pendapat yang dianut oleh Madzhab
Hanafiyah. Diantara dalil yang mereka pegang adalah Hadist Anas bin Malik
عن عاصم قال : سألت أنس بن مالك عن
القنوت فقال قد كان القنوت . قلت قبل الركوع أو بعده ؟ قال قبله . قال فإن فلانا
أخبرني عنك أنك قلت بعد الركوع ؟ فقال كذب إنما قنت رسول الله صلى الله عليه و سلم
بعد الركوع شهرا أراه كان بعث قوما يقال لهم الققراء زهاء سبعين رجلا إلى قوم من
المشركين دون أولئك وكان بينهم وبين رسول الله صلى الله عليه و سلم عهد فقنت رسول
الله صلى الله عليه و سلم شهرا يدعوا عليهم
Dari ‘Ashim berkata: “ Aku bertanya kepada Anas bin
Malik tentang Qunut? Beliau menjawab :” Qunut telah ada” Aku bertanya: “
Sebelum Ruku’ atau sesudahnya?” beliau menjawab : Sebelum ruku’ dia berkata:
“Sesungguhnya flan telah mengkhabarkan kepadaku bahwa engkau mengatakan stelah
ruku’? beliau (Anas) menjawab : dia berdusta sesungguhnya Rosulullah ﷺ Qunut stelah ruku’ selama sebulan, aku melihat beliau (Rosulullah)
mengutus suatu kaum dari kalangan Ahli Qiro’ah Zahaa’ sebanyak tujuh
puluh orang kepada kaum musyrikin,dan diantara Rosulullan ﷺ dan mereka ada suatu perjanjian , dan Rosulullah ﷺ pun Qunut mendo’akan keburukan untuk mere (kaum
musyrikin) [1]
Mereka yang berpendapat ini mengatakan bahwa qunut itu
pada dasarnya adalah Qiro'ah, sedangkan qiro’ah itu terletak pada sebelum
ruku’.
Pendapat kedua : Qunut witir itu terletak setelah ruku’
Dan ini adalah pendapat yang dianut oleh Madzhab
Syafi’iyah dan Hanabilah, Diantara dalil
mereka adalah Hadist Abu Hurairoh yang menyatakan bahwa Rosulullah ﷺ melakukan qunut setelah ruku’
عن
أبي هريرة : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا أراد ان يدعو على أحد أو
يدعو لأحد قنت بعد الركوع
Dari Abu
Hurairoh mengatakan: " Bahwa
Rosulullah ﷺ apabila beliau mau mendo’akan kecelakaan untuk seseorang atau kebaikan kepada
seseorang beliau qunut setelah ruku’."[2]
Mereka yang berpendapat seperti ini mengatakan bahwa
hakikat dari qunut itu adalah do’a, sedangkan do’a lebih cocok untuk dilakukan
setelah ruku’ setelah
mengucapkan Sami'allahu Liman
hamidah Rabbana Lakal Hamdu. Karena termasuk adab dalam berdo’a
itu hendaknya dimulai dengan memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Pendapat ketiga
: Qunut witir itu boleh
dilakukan setelah ruku maupun sebelum
Ini adalah pendapat yang masyhur dari kalangan
Hanaabilah, dan salah satu pendapat Imam Ahmad dalam suatu Riwayat. Diantara
dalil mereka adalah dalil yang dipegang oleh pendapat pertama dan kedua.
Mereka yang berpendapat ini mengatakan bahwa semua itu
telah datang dari As-Sunnah, kedua-duanya baik qunut sebelum Ruku’ maupun
sesudahnya boleh dilakukan.
Tarjih
Setelah kita mengetahui pendapat dari masing-masing
Ulama Madzhab beserta dalil-dalil yang mereka pegang, Akhirnya kami(penulis)
memilih untuk mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa qunut witir itu boleh
dilakukan sebelum ruku’ atau sesudah ruku’. Karena memang jika kita
memperhaikan dalil-dalil yang dikemukakan oleh para ulama diatas itu tidak
terkait dengan Qunut witir, melainkan terkait dengan Qunut Nazilah. Sehingga
mereka mengkiaskan Qunut witir ini kepada-nya.
Maka dalam masalah terdapat keluasan bagi seseorang
untuk memilih kapan dia mau melakukan qunut witir, apakah sebelum ruku’ atau
setelahnya. Hanya saja qunut witir setelah ruku’ lebih cocok untuk dilakukan
karena pada dasarnya qunut itu merupakan do’a, sedangkan do’a itu lebih utama
dimulai dengan banyak memuji Allah. Dan ini tentunya setelah kita mengucapkan Sami'allahu Liman hamidah Rabbana Lakal Hamdu.
Wallahu’alam
Ditulis oleh
Agus Susanto bin Sanusi
Di Jakarta 19 Ramadhan 1436H
0 komentar:
Posting Komentar