Searching...
Jumat, 15 Juli 2016

Mengumbar Aib Penguasa Bukanlah Manhaj Salaf


Ketaatan kepada pemerintah dalam perkara yang bukan maksiat adalah termasuk perkara aqidah yang telah disebutkan oleh para Ulama dalam kitab-kitab mereka. Termasuk didalamnya bermu’amalah dengan para penguasa dengan tidak mengumbar aib-aib mereka dimimbar-mimbar dan khalayak ramai, serta menasihati merka secara diam-diam.
Rosulullah-Sholallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوَ بِهِ فَإِنْ
قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَه
Artinya : “ Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa maka janganlah menyatakannya didepan umum, dengan terang-terangan. Hendaklah ia memegang tangan penguasa itu dan mengajaknya ketempat tersembunyi,Jika memang penguasa itu mau mendengar nasihat tersebut mak itulah yang diharapkan, akan tetapi jika tidak maka dia telah menunaikan kewajiban atasnya.” Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 3/403, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah 3/101 no.909
Sementara mengumbar aib para penguasa dikhalayak ramai baik di Media sosial, ataupun dijalan-jalan bukanlah termasuk manhaj Ahlu Sunnah Wal jama’ah.
Dari Al-‘Amasy berkata: “ Aku mendengar Abu Wa’il berkata : “ Dikatakan kepada Usamah : Tidakkah engkau berbicara tentang hal ini?
sungguh aku telah berbicara padanya tanpa aku membuka pintu (fitnah) Sehingga akupun menjadi orang pertama yang mebukanya (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 849)
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari 13/52 berkata:
Dan Usamah ini termasuk suadara seibu dengan Ustman bin Affan, sementara (utsman) telah memperkerjakannya, berkata Usamah: Aku telah menasihatinya secara diam-diam tanpa membuka pintu (fitnah), yaitu dengan mengingkari para penguasa dengan cara terang-terangan karena hal itu dapat menyebabkan perselisihan, kemuidan beliau memberitahu merkea bahwa dia tidaklah bermudahanah (mendiamkan kejelekaan), meskipun beliau (Utsman) seorang penguasa aku tetap menasihatinya secara sembunyi-sembunyi.”

Mengumbar Aib Bukanlah Nasihat

Termasuk kesalahan dalam pemikiran sebagian orang menganggap bahwa mengumbar aib didepan khlayak ramai termasuk nasihat. Sejatinya menasihati itu bukanlah di khlayak ramai.
Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i dalam Sya’irnya:
تَعَمَّدني بِنُصْحِكَ في انْفِرَادِي ** وجنِّني النصيحةَ في الجماعهْ
فَإِنَّ النُّصْحَ بَيْنَ النَّاسِ نَوْعٌ ** من التوبيخِ لا أرضى استماعه
“ Nasihatilah Aku dalam keadaan bersendiri,
Dan janganlah menasihatiku dikhalayak ramai,
Sejatinya nasihat dihadapan manusia bagian
dari mencela yang tidak ingin ku dengar.” (Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i hal.63)

 Beliau –Rahimahullah- juga berkata:

من وعظ أخاه سرا فقد نصحه وزانه ومن وعظه علانية فقد فضحه وشانه
“ Barangsiapa yang menasihati saudaranya diam-diam maka dia telah melakukannya, barangsiapa yang menasihatinya dengan terang-terangan maka dia telah mencelanya.” (Ihya’ Ulumuddiin 3/74)

Jika kita saja tidak ingin diumbar aib kita dikhalayak ramai, medsos atau di teman-teman kita, lalu bagaimana dengan para penguasa. Bagaimana mungkin mengumbar aib penguasa di mimbar-mimbar, medsos dan di hadapan manusia dikatakan nasihat sementara hal itu dapat mengakibatkan kekacauan dan ketidakstabilan suatu negara.
berkata Syeikh Utsaimin:
" sesungguhnya bukanlah termasuk nasihat (kepada penguasa), menyebarkan aib-aib mereka, karena hal itu bisa menimbulkan dalam hati kebencian, hasad, dan ketidaksenangan kepada penguasa" (
Rasa-il Syeikh Utsaimin 13/6)
Berkata Syeikh Shalih Fauzan :
“Adapun menasihati penguasa diatas mimbar-mimbar, di Muhadhoroh-Muhadhoroh umum ini bukanlah Nasihat melainkan mengumbar aib, dan menumbuhkan benih-benih fitnah serta permusuhan antara pemerintah dan rakyatnya.” (Al-Muntaqo’ Min Fatawa Syeikh Shalih Fauzan 1/382)
 Berkata Al-Imam Ibnu Qoyiim dalam kitabnya Thuruqul Hukmiyah hal.58:
“Termasuk rahasia kecerdasan, engkau tidak mengumbar kesalahannya dihadapan orang banyak yang menimbulkan kesalahan yang lainnya.”
Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab:
“ Dan yang mencakup semua ini, jika kemungkaran muncul dari seorang penguasa atau yang lainnya hendaknya menasihatinya dengan lemah lembut dan sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh seorangpun.” (Ad-durar As-saniyah 8/50)

Mengumbar Aib Penguasa Bukanlah Dari Manhaj Salaf

Berkata Syeikh  Muhammad bin Abdul Latif Alu Syeikh : Jika para penguasa melakukan kemaksiatan yang tidak menyebabkan kekufuran dan keluar dari Islam, Maka wajib untuk menasihatinya dengan cara yang disyari’atkan dan mengikuti para salaf yaitu dengan lemah lembut  serta tidak mengumbarnya di majelis-majelis dan tempat keramaian manusia” (Ad-durar As-saniyah 9/119)

 Berkata Syeikh Abdul Aziz bin Baz : Bukanlah termasuk manhaj salaf mengumbar aib para penguasa dengan menyebut (keburukannya) dimimbar-mimbar, karena hal itu akan menyebabkan kekacauan serta menimbulkan sikap tidak mau taat dalam hal yang ma’ruf. Hal itu juga dapat menyebabkan sikap memberontak (kepada penguasa) yang bisa mendatangkan bahaya dan tidak membaa manfaat, akan tetapi jalan yang ditempuh oleh salaf adalah menasihati anta dirinya dengan penguasa (secara diam-diam), atau dengan menuliskan surat dan menghubungi ulama yang mempunyai hubungan dekat dengannya sehingga bisa mengarahkannya kepada kebaikan.” (Majmu’ Fatawa Syeikh bin Baz 8/210).

Mengumbar Aib Penguasa Bentuk Ketidak Ikhlasan Dalam Memberi Nasihat

Berkata Ibnu Nahaas dalam kitabnya  Tanbihul Ghafilin hal. 57
“ (termasuk keikhlasan) engkau  memilih untuk berbicara langsung kepada penguasa dan tidak dikhalayak ramai bahkan dia berbicara kepadanya dengan berdua tanpa ada orang yang ketiga. ..
(kemudian beliau melanjutkan): “ Adapun orang yang tidak ikhlas adalah dengan melakukan hal sebaliknya yaitu dengan penuh semangat dan senang untuk menasihatinya dihadapan manusia tidak dengan diam-diam”

Penutup

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa menasihati penguasa bukanlah dengan cara mengkritiknya dikhalayak ramai baik di Medsos, mimbar-mibar, majelis-majelis atau tempat keramaian manusia karena hal ini bertentangan dengan petunjuk Nabi –Sholallahu ‘Alai Wa Sallam- dan jalannya para salaf.
Bukanlah termasuk manhaj slaf jika kita mengumbar aib pemerintah, karena hal ini hanya menimbulkan kemudharatan yang sangat bear.
Cukuplah fitnah yang terjadi pada kisah Ibnu Asy’ats menjadi pelajaran bagi kita akan bahaya meneyebarkan api fitnah kaum muslimin dengan mengumbar aib penguasa. Jika kita memang ingin untuk mengadakan suatu perbaikan dan ingin menasihati penguasa ikutilah cara yang diajarkan oleh Rosulullah-Sholalahu ‘Alaihi Wa Sallam- kepada kita, yaitu menasihatinya dengan cara diam-diam antara kita dan dia. Kalau memang kita tidak mampu untuk menasihatinya maka berdo’alah kepada Allah agar Allah memebrikan Hidayah kepada para pemimpin kita agar berada diatas jalan yang Allah Ridhai.

Ditulis Oleh

Agus Susanto bin Sanusi
Jakarta, 10 Syawal 1437H



2 komentar:

  1. Dapatkan Promo-promo Spesial Setiap Bulannya di Donaco Poker
    Nikmati Kemudahan Deposit Donaco Poker dengan OVOpay yang kami sediakan..
    Nikmati juga banyak Bonus Lainnya Yang Kami Sediakan..

    Dapatkan
    - Bonus Deposit 15% New Member Weekend.
    - Bonus Deposit 10% Next Deposit Weekend.
    - BONUS DEPOSIT HARIAN 5%
    - BONUS ROLLINGAN MINGGUAN 0.5%
    - BONUS KEJUTAN LAINNYA

    Hubungi Kami Secepatnya Di :
    WHATSAPP : +6281333555662

    BalasHapus
  2. Belum Pernah Menang Di Agen Poker Manapun?? Jangan Kecewa..Yuk cobain Donaco Poker...
    Permainan Boleh Sama..Hokinya Beda Boss...

    Dapatkan Bonus rollingan setiap minggunya bersama kami di Donaco poker

    Hubungi Kami Secepatnya Di :
    WHATSAPP : +6281333555662

    BalasHapus