Searching...
Sabtu, 10 Januari 2015

Dibawah naungan Arsy Allah bag.1


Mungkin diantara kita pernah merasakan panasnya matahari pada saat dipertengahan waktu siang, terlebih mereka yang tinggal didaerah cuaca yang sangat ekstrim seperti di Saudi, mereka akan merasakan panas yang sangat luar biasa pada saat musim panas…

akan tetapi disela-sela kita merasakan teriknya panas matahari yang hamper membakar telapak kaki kita, pernahkah terlintas dalam benak kita akan kejadian  dihari kiamat yang pasti kelak kita akan mengalaminya,..
Disaat matahari didekatkan kepada kita sejarak satu mil…
disaat kita tidak mengenakan sehelai kainpun dalam tubuh kita…
disaat kita tidak mengenakan alas kaki untuk melindungi panas matahari ketika itu…
disaat kita berdiri selama ribuan tahun lamanya menunggu keputusan dari Rabb semesta alam…
disaat dimana tidak ada lagi nangan pada hari itu melainkan naungan dari Allah Ta’ala.


Maka pada kesempatan ini mari bersama kita mengkaji hadist yang berkataian naungan yang Allah janjikan pada hari kiamat kelak??

TEKS HADIST
 
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( سبعة يظلهم الله يوم القيامة في ظله يوم لا ظل إلا ظله إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ورجل ذكر الله في خلاء ففاضت عيناه ورجل قلبه معلق في المسجد ورجلان تحابا في الله ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال إلى نفسها فقال إني أخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما صنعت يمينه )

Dari Abu Hurairoh Rhadiyallahu ‘anhu berkata: dari Nabi Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: “tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah pada hari kiamat pada saat tidak ada lagi naungan kecuali dari-Nya Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah, seorang yang mengingat Allah pada saat kesunyian sehingga meneteslah kedua air matanya, seorang yang hatinya selalu terikat kepada masjid, dua orang yang mencintai karena Alah, seorang yang diajak berzina oleh wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik rupawan kemudian orang itu berkata: sesungguhnya aku takut akan adzab Allah, dan seorang yang menginfakkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.”

TAKHRIJ HADIST

Hadist ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya no.629 dan no.6421, Muslim dalam Shahihnya no.2380,Ahmad dalam Musnadnya 15/414, At-Tirmidzi dalam sunannya no.2391, An-Nasa’I dalam Sunan Kubro’ no.5921, Al-Baihaqi dalam Sunan Kubro’ 3/65,4/190,8/162,Malik dalam Muwatho’ 2/952, Al-Baghawi dalam Syarhu As-sunnah 1/356, Ibnu Hibban dalam Shahihnya 10/338,16/332, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/185, Abu ‘Awanah dalam Musnadnya 4/380, At-At-Thahawi dalam Muskil Al-Atsar 13/61,62,63, Ibnu ‘Asakir dalam Mu’jamnya 1/265 , Abu Nu’aim dalam Mustakraj ‘Ala Shahih Muslim 3/103,104 
semuanya dari jalan Khubaib Bin Abdirrahman dari Hafs Bin ‘Ashim dari Abu Hurairoh  radhiyallahu’anhu-
dan hadist ini mempunya Syawahid dari Sahabat Salman yang diriwayatkan oleh Sa’id Bin Manshur
dengan lafadz: “tujuh golongan yang mendapat naungan Arsy dari Allah”
 
dengan sanad hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bary 2/121[1]

URGENSI HADIST

 Berkata Al-Imam Ibnu Abdil Barr : “ini adalah sebaik-baik hadist yang diriwayatkan dalam Fadha-il ‘Amal dan lebih mencakup serta lebih Shahih hadistnya, cukuplah bagimu hadist ini (sebagai sumber ilmu) karena sesungguhnya semua ilmu itu mencakup setiap yang berada dalam naungan Allah pada hari kiamat maka dia tidak akan merasakan dahsyatnya[2]

PENJELASAN

Hadist ini menjelaskan kepada kita akan janji Allah Ta’ala untuk memberikan naungan dihari kiamat kelak dengan naungan arsy-Nya kepada tujuh golongan manusia[3], dan mereka tersebut adalah

PERTAMA: PEMIMPIN YANG ADIL

                kepemimpinan adalah merupakan tanggung jawab yang sangat besar, oleh sebab itu menjadi pemimpin merupakan suatu beban yang akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Ta’ala dihari kiamat kelak. baik kepemimpinannya tersebut dalam skala besar seperti seorang yang mempunyai kekuasaan dalam memimpin kaum muslimin maupun dalam cakupan kecil seperti kepala rumah tangga . Karena memang sejatinya semua ini adalah pemimpin
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته الإمام راع ومسؤول عن رعيته والرجل راع في أهله وهو مسؤول عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسؤول عن رعيته

“setiap diantara kalian adalah pemimpin, dan setiap diantara kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan dia akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya
keadilan dalam memimpin adalah merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh para dan dia akan diminta pertanggung jawabann atas yang dipimpinnya dan pembantu adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan diminta pertanggung jawabann atas yang dipimpinnya.”[4]
               
                Keadilan dalam memimpin adalah merupakan kewajiban yang kelak diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Ta’ala dihari kiamat kelak berdasarkan dalil-dalil dibawah ini
1.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“berlaku adillah ,sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”[5]
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat baik kepada karib kerabat, serta melarang untuk berbuat keji dan mungkar lagi dzalim, dan Allah menasiahti kalian agar kalian mengingat.”[6]
3.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ
 
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada yang berhak, dan apabila kalian menetapkan suatu hukum maka berbuat adillah.”[7]


4. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّه
“ Wahai dawud, sesungguhnya kami telah menjadikanmu khalifah di mukabumi, maka berhukumlah dengan adil diantara manusia dan jangnlah kamu mengikuti hawa nafsu sehingga engkau tersesat dari jalan Allah.”[8]

sifat pemimpin yang adil

 Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan pemimpin yang adil adalah pemimpin yang tidak membedakan manusia dalam menetapkan suatu hukum dan tidak mendzalimi seorangpun, dia tidak membela yang kaya karena kekayaannya dan tidak pula membela kerabatnya karena masih ada hubungan keluarga serta tidak pula membela orang miskin hanya lantaran karena kemiskinannya, akantetapi dia menghukumi sesuai dengan keadilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada yang berhak, dan apabila kalian menetapkan suatu hukum maka berbuat adillah.”[9]

keadilan dalam menetapkan suatu hukum adalah dengan berhukum terhadap apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan dengan undang-undang buatan manusia.
Dan sebesar-besarnya kedzaliman yang dilakukan oleh pemimpin dalam berhukum adalah mengedepankan hukum thagut yang dibuat oleh manusia, dan mereka berpaling dari hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْكَافِرُون

“barangsiapa yang berhukum dengan selain yang diturunkan oleh Allah mereka itu adalah orang-orang kafir.”[10]

Semua hukum yang telah turunkan kepada manusia adalah keadilan adapun hukum perundang-unangan buatan manusia adalah kedzaliman yang paling nyata, bahkan itu adalah kekufuran tingkat tertinggi yang ada pada zaman sekarang ini. Dan para pemimpin yang berhukum dengan selain hukum Allah adalah manuisa yang paling dzalim, dan paling jauh dari naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala di harikiamat kiamat kelak.

keutamaan pemimpin yang adil

dan diantara keutamaan pemimpin yang adil adalah
pertama: mendapatkan naungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana terdapat dalam hadist ini
kedua   : orang-orang yang berbuat adil kelak berada diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِى حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
“sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil kelak berada diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya disebelah kanan Allah, dan kedua tangan-Nya adalah kanan ,mereka adalah orang-orang yang  berbuat adil dalam menyampaikan hukum adil kepada keluarganya dan orang-orang yang mereka tanggung.”[11]
ketiga     : termasuk penduduk surga
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلاَثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِى قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ

“ penduduk surga itu ada tiga: penguasa yang adil, bijak, dan disegani, seorang yang pemurah, lembut hati terhadap sesama kerabat dan orang muslim,dan orang yang menjaga kehormatan dirinya padahal ia punya tanggungan keluarga”[12]

keempat: doanya tidak akan tertolak


Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
ثلاثة لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل ودعوة المظلوم

"Tiga orang yang tidak akan ditolak do'a mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbukan, pemimpin yang adil, dan do’anya orang yang terdzalimi.”[13]

potret para pemimpin yang adil

Disana ada beberapa potret dari para pemimpin yang adil yang kita bisa menjadikan mereka sebagai suri tauladan.
Diantara mereka tersebut adalah:[14]

pertama:
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam

Beliau
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam adalah merupakan contoh terbaik yan digambarkan dalam sejarah kehidupan manusia, karena beliau adalah manusia yang paling adli, suri tauladan, dan panutan segenap manusia. Seorang yang ma’sum, penghulu dan pemimpin manusia yang Allah telah sifatkan beliau dalam firmannya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau berada diatas akhlak yang mulia.”[15]

contoh-contoh keadilan beliau
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam

Sungguh keadilan beilau
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam tidaklah bisa digambarkan secara keseluruhan didalam lembaran-lembaran yang penulis tuliskan ini, karena memang kehidupan beliau Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam adalah kehidupan yang dipenuhi dengan akhlak yang mulia.

Akan tetapi mungkin penulis akan mencoba untuk memberikan beberapa contoh akan keadilan beilau yang patu kita jadikan suri tauladan.

pertama keadilan beliau tatkala menghukumi seorang wanita dari suku Makhsum

عن عائشة رضي الله عنها  : أن قريشا أهمتهم المرأة المخزومية التي سرقت فقالوا من يكلم رسول الله صلى الله عليه و سلم ومن يجترئ عليه إلا أسامة حب رسول الله صلى الله عليه و سلم فكلم رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال ( أتشفع في حد من حدود الله ) . ثم قام فخطب قال ( يا أيها الناس إنما ضل من كان قبلكم أنهم كانوا إذا سرق الشريف تركوه وإذا سرق الضعيف فيهم أقاموا عليه الحد وايم الله لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطع
محمد يدها )
“ Dari ‘Aisyah –radhiyallahu’anha-: sesungguhnya Quraisy merasa iba terhadap seorang wanita dari suku Makhzum yang telah mencuri, kemudian merekapun berkata:”siapa yang mampu untuk membicarakan hal ini kepada Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam??.”
Dan ketika itu tiak ada yang berani (untuk berbicara kepada
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam selain Usamah, maka beilau  Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam pun berkata: “apakah kamu ingin menolak hukum yang Allah tetapkan? Kemudian beiaupun berdiri dan berkhutbah:” Wahai manusia sesungguhnya hal yan menyebabkan tersesatnya orang-orang sebelum kalian  jika  ada diantara orang yang mempunyai kedudukan diantara mereka mencuri mereka tinggalkan, dan apabila orang yang lemah diantara mereka mencuri meraka tegakkan had, demi Allah kalau sekiranya Fatimah Binti Muhammad mencuri pasti Muhammad akan memotong tangannya.”[16]

kedua  : kisah beilau bersama seorang sahabat yang bernama Sawad Bin Ghaziyah

Dikisahkan suatu ketika Rosulullah
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam meluruskan barisan shaf shalat pada saat perang badar dengan anak panah yang berada ditangannya, dan anak panah itupun tepat melewati Sawwad sedangkan dia dalam keadaan tidak lurus pada shafnya, Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam pun meluruskan Sawwad dengan anak panahnya sehingga melukainya sambil berkata :” luruskanlah barisan wahai Sawwad.” Kemudian dia(Sawwad) berkata : “wahai Rosulullah engakau telah menyakitiku(dengan anak panahmu)  Sedangkan Allah telah mengutusmu dengan keadilan aku ingin meminta qishah” dan beilau Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata :” engkau ingin meminta qishah?” dan Sawwadpun berkata:  “wahai Rosulullah engakau telah melukaiku sedang aku tidak mempunyai baju lagi” maka Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam pun menyingkap perut beliaudan berkata: “lakukanlah!” kemudian Sawwadpun memeluk Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam dan mencium perutnya. Dan beilau Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata: “mengapa engkau melakukan ini.” Dia(Sawwad) berkata: “wahai Rosulullah engkau telah mengetahui apa yang terjadi hari ini, dan aku tidak menjamin akan selamat dari kematian, dan aku ingin agar kehidupanku itu di akhiri dengan menyentuh kulitmu.” Maka beliau Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam mendo’akan kebaikan untuknya[17]
ketiga  : kisah beliau bersama Khalid Bin Walid dan Ibnu ‘Abbas

عن ابن عباس قال : دخلت مع رسول الله صلى الله عليه و سلم أنا و خالد بن الوليد على ميمونة فجاءتنا بإناء فيه لبن فشرب رسول الله صلى الله عليه و سلم وأنا على يمينه و خالد على شماله فقال لي الشربة لك فإن شئت آثرت بها خالدا فقلت ما كنت أوتر على سؤرك أحدا
“Dari Ibnu ‘Abbas berkata: Aku dan Khalid bin Al-Walid pernah bersama dirumah Maimunah, kemudian maimunah menyediakan bejana yang didalamnya ada susu, dan 
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam meminumnya sedang aku berada disisi kanan beliau dan Khalid disebelah kiri, dan beliau  Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata kepadaku” sekarang ini adalah giliranmu, tapi jika engkau mengizinkan aku kasih Khalid terlebih dahulu”. Maka akupun berkata :” aku tidak ingin ada yang  seorangpun yang mendahuluiku untuk mendapatkan liurmu.”[18]
 
kedua   : Abu Bakar As-Siddiq -radhiyallahu’anhu-

Diantara contoh pemimpin yang adli adalah Abu Bakar As-Siddiq -radhiyallahu’anhu-  sebaik-baik manusia setelah para Nabi dan Rosul.
keadilan beliau sangat Nampak tatkala beliau pertama kali memegang kekhalifahan, dan berkhutbah dihadapan manusia dengan mengatakan:
وإن أقواكم عندى الضعيف حتى آخذ له بحقه وإن أضعفكم عندى القوى حتى آخذ الحق منه إنما أنا متبع ولست بمبتدع فإن أحسنت فأعينونى وإن زغت فقومونى وحاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا ولا يدع قوم الجهاد فى سبيل الله إلا ضربهم الله بالفقر ولا ظهرت الفاحشة فى قوم إلا عمهم الله بالبلاء فأطيعونى ما أطعت الله ورسوله فإذا عصيت الله ورسوله فلا طاعة لى عليكم
“Sesungguhnya yang paling kuat diantara kalian disisiku adalah orang yang lemah sampai aku mengembalikan haq untuknya, dan yang paling lemah disisiku adalah yang kuat sampai aku mengembalikan haq seseorag darinya, aku hanyalah pengikut(Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam)bukan pelaku bid’ah. Apabiala aku melakukan kebaikan maka bantulah aku dan apabila aku tersesat maka nasihatilah aku. Introspeksilah kalian sebelum dikalian dihisab. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad melainkan Allah akan menimpakan kepada mereka kefakiran,dan tidaklah perzinahan menyebar melainkan Allah akan turunkan musibah. Taatilah aku selama aku masih dalam ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya, dan apabila aku melakukan maksiat maka tidak ada ketaatan kepada kepadaku atas kalian.”[19]

ketiga
    : Umar Bin Al-khattab-radhiyallahu’anhu-

Tentang keadilan Umar Bin Al-khattab-radhiyallahu’anhu- ketika menjabat sebagai khalifah sangatlah banyak tercatat dalam sejarah.
dan diantara contoh keadilan beliau adalah sebagai berikut:

pertama
   : Kisah beliau bersama kedua anaknya ‘Abdullah dan ‘Ubaidullah

Dalam Kitab Muwatho’ disebutkan

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ خَرَجَ عَبْدُ اللَّهِ وَعُبَيْدُ اللَّهِ ابْنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي جَيْشٍ إِلَى الْعِرَاقِ فَلَمَّا قَفَلَا مَرَّا عَلَى أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَهُوَ أَمِيرُ الْبَصْرَةِ فَرَحَّبَ بِهِمَا وَسَهَّلَ ثُمَّ قَالَ لَوْ أَقْدِرُ لَكُمَا عَلَى أَمْرٍ أَنْفَعُكُمَا بِهِ لَفَعَلْتُ ثُمَّ قَالَ بَلَى هَاهُنَا مَالٌ مِنْ مَالِ اللَّهِ أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَ بِهِ إِلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ فَأُسْلِفُكُمَاهُ فَتَبْتَاعَانِ بِهِ مَتَاعًا مِنْ مَتَاعِ الْعِرَاقِ ثُمَّ تَبِيعَانِهِ بِالْمَدِينَةِ فَتُؤَدِّيَانِ رَأْسَ الْمَالِ إِلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ وَيَكُونُ الرِّبْحُ لَكُمَا فَقَالَا وَدِدْنَا ذَلِكَ فَفَعَلَوَكَتَبَ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُمَا الْمَالَ فَلَمَّا قَدِمَا بَاعَا فَأُرْبِحَا فَلَمَّا دَفَعَا ذَلِكَ إِلَى عُمَرَ قَالَ أَكُلُّ الْجَيْشِ أَسْلَفَهُ مِثْلَ مَا أَسْلَفَكُمَا قَالَا لَا فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ ابْنَا أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ فَأَسْلَفَكُمَا أَدِّيَا الْمَالَ وَرِبْحَهُ فَأَمَّا عَبْدُ اللَّهِ فَسَكَتَ وَأَمَّا عُبَيْدُ اللَّهِ فَقَالَ مَا يَنْبَغِي لَكَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ هَذَا لَوْ نَقَصَ هَذَا الْمَالُ أَوْ هَلَكَ لَضَمِنَّاهُ فَقَالَ عُمَرُ أَدِّيَاهُ فَسَكَتَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَاجَعَهُ عُبَيْدُ اللَّهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ جُلَسَاءِ عُمَرَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لَوْ جَعَلْتَهُ قِرَاضًا فَقَالَ عُمَرُ قَدْ جَعَلْتُهُ قِرَاضًا فَأَخَذَ عُمَرُ رَأْسَ الْمَالِ وَنِصْفَ رِبْحِهِ وَأَخَذَ عَبْدُ اللَّهِ وَعُبَيْدُ اللَّهِ ابْنَا عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ نِصْفَ رِبْحِ الْمَالِ
“ Telah mengkabarkan kepadaku Malik dari Zaid Bin Aslam dari Bapaknya berkata: Abdullah dan ‘Ubaidullah (kedua anak Umar Bin Al-Khattab) keluar bersama prajurit menuju ‘Iraq, maka tatkala keduanya sampai bertemulah mereka dengan Abu Musa Al-Asy’ari yang pada saat itu dia menjabat sebagai gubernur Bashroh, kemudian Abu Musa menyambut kedatangan keduanya  dan menjamunya. Dan dia berkata: “adakah yang bisa aku lakukan untuk kalian berdua??
kemudian dia berkata lagi: “ ini ada harta dari harta Allah yang aku ingin menitipkannya kepada Amirul Mu’minin, maka gunakanlah harta ini terlebih dahulu untuk modal dagang kalian dan kemudian serahkanlah nantinya harta ini kepada Amirul Mu’munin dan keuntungannya untuk kalian berdua.
keduanya berkata:” baiklah kita akan menggunakan harta ini.”
Abu Musapun menulis surat kepada Umar Bin Al-Khattab bahwa dia telah memberikan kepada kedua putranya harta dari baitul mal, dan tatkala keduanya tiba di madinah dengan membawa keuntungan harta tadi, di berikanlah modal harta dari keuntungan kepada Umar.
Umar berkata:” Apakah semua prajurit diberi modal sebagaimana kalian berdua?”
keduanya berkata: “tidak.”
Umar Bin Al-Khattab berkata.” Hanya dua putra Amirul mu’minin yang diberi pinjaman modal??
serahkan harta itu modal dan keuntungannya??

Abdullah pun terdiam akan tetapi ‘Ubaidullah berkata: “ Tidak sepatutnya seperti itu wahai Amirul Mu’minin?? kalau sekiranya modal itu berkurang atau kita mengalami kerugian pasti kami yang menanggung”
Umarpun berkata: “Serahkan”
Abdullah masih terdiam dan ‘Ubaidullah mengulangi jawabannya lagi.
Tiba-tiba datanglah seorang dari orang terdekatnya Umar  dan berkata: “ Wahai Amirul Mu’minin kalau sekiranya engkau jadikan harta ini sebagai bentuk Mudharabah?
Umar berkata: “Baiklah”
Umarpun mengambil modal harta itu dan setengah dari keuntungannya dan Abdullah dan ‘Ubaidullah mengambil setangah keuntungan.”[20]

kedua:  kisahnya bersama seorang wanita

Pada Suatu malam, Sudah menjadi kebiasaan Umar Bin Al-Khattab sering berkeliling mengunjungi untuk mengetahui kondisi rakyatnya. Ketika itu ia menjumpai disebuah gubuk kecil terdengar suara tangis seorang anak. Iapun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang wanita yang sedang memasak dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Sang ibu berkata kepada anak-anaknya: “tunggulah sebentar lagi makananya matang..!!
Maka umarpun memperhatikan dari luar, wanita tersebut terus-menerus menenangkan anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang sedang dimasak sebentar lagi akan matang, Umarpun menjadi penasaran , karena makanan yang dimasak wanita itu tidak kunjung matang , padahal sudah lama dia memasaknya .
Akhirnya Umarpun memutuskan untuk menemui wanita itu dan berkata:” mengapa anak-anakmu tak berhenti menangis”???
Wanita itu menjawab:  “mereka sangat lapar”!!
Umarpun mengatakan :” mengapa tidak cepat engkau berikan makanan yang diamask itu dari tadi”??
Wanita itu berkata: “Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur..!!
Setelah mendengar jawaban wanita itu hati beliau serasa teriris, hingga akhirnya beliau bertanya lagi : “Apakah anda berbuat seperti ini setiap hari..??
Wanita itu menjawab :” Iya, Saya Suda tidak ada keluarga lagi untuk tempat saya bergantung, saya hanya sebatang kara.”
Hati Umarpun menangis setelah mendengar penuturan itu.
Umar berkata: “mengapa anda tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya dapat bantuan dari baitul mal..??”
Wanita itu menjawab :” ia telah dzalim kepada saya..!!
Umar mengatakan : Dzalim???
Wanita itu berkata : “iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya, seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya, siapa tau banyak orang yang seperti saya..!!
Umarpun mengatakan: “Tunggulah sebentar saya akan segera kembali.”
Dimalam yang sangat dingin Umarpun bergegas menuju Baitulmal di Madinah, kemudian ia pun mengangkat sekarung gandumyang besar dengan pundaknya , dan diberikanlah gandum tersebut kepada wanita itu , hingga akhirnya merekapun dengan kenyang.
Dan Umarpun mengatakan : “wahai Aslam, sesungguhnya lapar telah membuat mereka menangis dan tidak bisa tertidur, dan aku tidak ingin untuk bergegas pergi sampai aku melihat mereka kenyang terlebih dahulu.”[21]

Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang menunjukkan akan keadilan Umar Bin Al-Khattab ketika beliau menjadi pemimpin, maka dua kisah tersebut mungkin sudah mencukupi bukti akan keadilan beilau dalam meimpin.

keempat
: Ustman Bin Affan-radhiyallahu’anhu-
 
Maka untuk mengetahui tentang keadilan Ustman Bin Affan-radhiyallahu’anhu- mari kita perhatikan Hadist-hadist dibawah ini

pertama: Hadist ‘Aisyah


عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مُضْطَجِعًا فِى بَيْتِى كَاشِفًا عَنْ فَخِذَيْهِ أَوْ سَاقَيْهِ فَاسْتَأْذَنَ أَبُو بَكْرٍ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ كَذَلِكَ فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَسَوَّى ثِيَابَهُ - قَالَ مُحَمَّدٌ وَلاَ أَقُولُ ذَلِكَ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ - فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ فَلَمَّا خَرَجَ قَالَتْ عَائِشَةُ دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ « أَلاَ أَسْتَحِى مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ »
“Dari ‘Aisyah berkata : “Pernah suatu ketika Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersandar di rumahku dengan menyingkap pahanya atau betisnya , dan datanglah Abu bakar meminta izin, dan beliaupun mengizinkan sedang beliau dalam keadaan seperti itu. Beliaupun berbincang-bincang, kemudian datang Umar meminta izin, dan beliaupun mengizinkan sedang beliau dalam keadaan seperti itu. Dan datanglah Utsman meminta izin, maka Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam  merubah posisi duduknya dan menurunkan pakaiannya,- berkata Muhammad(seorang perawi) aku tidak mengatakan seperti itu hanya satu hari-  dan masuklah Utsman serta berbincang-bincang lalu keluar, ‘Aisyahpun berkata : “ Abu bakar masuk engkau tidak merubah posisi dudukmu(tidak peduli), kemudian masuk Umar engkau tidak merubah posisi dudukmu(tidak peduli), kemudian masuk Utsman dan engkau merubah posisi duduk, dan menurunkan pakaianmu. Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidakkah aku malu kepada seseorang yang para malaikat malu terhadapnya.”[22]

kedua :  Hadist Abu Abdirrahman

عن أبي عبد الرحمن : أن عثمان رضي الله عنه حيث حوصر أشرف عليهم وقال أنشدكم بالله ولا أنشد إلا أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم ألستم تعلمون أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال  من حفر رومة فله الجنة  . فحفرتها ألستم تعلمون أنه قال  من جهز جيش العسرة فله الجنة فجهزته
“Dari Abu Abdirrahman berkata: bahwa Ustman berkata tatkala beliau dikepung : aku bersumpah dengan nama Allah, dan tidak ada yang yang bersumpah melainkan para sahabat Nabi : bukankah kalian mengetahui Bahwa Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam  bersabda:   barangsiapa yang membeli sumur Roma maka bagi dia surga.” Maka akulah yang membeli, bukankah kalian mengetahui Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:” barang siapa yang menyiapkan pasukan tabuk maka bagi dia surga.”maka akulah yang menyiapkannya[23]
 
Kedua hadist diatas merupakan rekomendasi yang sangat kuat akan keadilan Utsman Bin Affan yang kelak akan menjadi pemimpin bagi Ummat ini.


kelima: Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu-

Untuk mengetahui  akan sifat adil yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- cukup bagi kita akan keutamaan –keutamaan yang dimilikinya.
Diantara yang menunjukkan akan keutamaan Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- sebagai berikut:

pertama: Beliau adalah orang yang dicintai oleh Allah dan Rosul-Nya
عن سلمة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( لأعطين الراية - أو ليأخذن الراية - غدا رجلا يحبه الله ورسوله أو قال يحب الله ورسوله يفتح الله عليه )
“ Dari Salamah berkata :”Bahwa Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:” Aku akan memberikan bendera(perang) besok kepada orang  yang dicintai Allah dan Rosul-Nya, Allah akan memberikan kemenangan atasnya).”[24]

kedua : Rosullah
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam menempatkan beilau seperti Harun
أما ترضى أن تكون مني بمنزلة هارون من موسى
“Tidakkah engkau ridha kalau engkau sepeti Harun dari Musa.”
[25]

ketiga : Beliau termasuk Bagian dari Rosullah
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam
Rosullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :

أنت مني وأنا منك

“ engkau adalah Bagian dariku dan Aku adalah bagian darimu.”[26]

keempat : Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam mendo’akan kebaikan bagi orang yang mencintainya dan keburukan bagi orang yang memusuhinya.
Rosullah
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
من كنت وليه ، فهذا وليه ، اللهم وال من والاه و عاد من عاداه
“barang siapa yang aku menjadi orang yang dicintainya maka dia (Ali) adalah kencintaanku, ya Allah cintailah orang yang  mencintainya dan musuhiklah orang yang memusuhinya.”[27]

kisah
Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- bersama seorang yahudi

Disana ada satu kisah yang disebutkan oleh Al-Imam Waki’ dalam kitabnya Akhbaaru Al-Qudhooh  tentang kejadian
Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- dengan yahudi dihadapan seorang hakim yang bernama Syuraih pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu-.
Syuraih adalah hakim yang telah ditunjuk oleh
Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- dikuffah.
Dikisahkan bahwa
Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu’anhu- pernah kehilang an baju besi yang sering beliau gunakan untuk perang, kemudian suatu ketika dia melihat baju besi itu ada pada seorang yahudi . Akan tetapi si yahudi itu mengingkarinya dan meminta kepada beliau untuk diputuskan dipengadilan bersama seorang hakim Kufah, maka pergilah Ali kepada Hakim negeri tersebut yang bernama Syuraih, dan beliau mengajukan tuntutannya sedangkan yahudi itu mengingkarinya.
Sang Hakim itupun meminta bukti kepada Ali dan beliau mengajukan saksi yaitu Anaknya Al-Hasn Bin Ali dan Budaknya Qonbar.
Berkatalah Sang Hakim:” adapun budakmu maka tidak mengapa kau jadikan saksi, akantetapi Hasan tidak boleh.”
Ali berkata :” celaka engkau, apakah engkau tidak mengetahui bahwa Rosullah
Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “ Hasan dan Husain adalah penghulu pemuda penduduk surga.”
Hakim itu berkata: “Iya demi Allah saya mengetahuinya, akan tetapi dia adalah anakmu yang tidak boleh engkau angkat menjadi saksi.”
Kemudian Ali mencabut tuntutannya tersebut dan berkata kepada yahudi tersebut :” ambillah baju besi ini untukmu.”
Tatkala keduanya keluar dari sang hakim berkatalah yahudi itu kepada Ali : “ Apakah ini yang namanya keadilan pada agamamu, Demi Allah sesungguhnya baju besi ini sebenarnya adalah milikmu yang jatuh dari kendaraanmu kemudian aku ambil, hanya saja aku ingin mengetahui apa yang  ingin diperbuat oleh Hakim yang kau tunjuk dinegeri ini. Ambillah baju besi ini dan ini adalah milikmu.” Kemudian orang yahudi itupun masuk Islam , dan Alipun berkata kepadanya: “itu untukmu dan ini aku tambahkan dua ratus dirham.”[28]


Itulah diantara contoh potret dari para pemimpin-pemimpin yang adil, yang kelak akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala di hari kiamat kelak.
Dan selain yang telah disebutkan diatas masih banyak lagi contoh-contoh pemimpin yang adil yang telah disebutkan dalam beberapa buku sejarah seperti Khalifah Umar Bin Abdul ‘Aziz  yang sangat terkenal akan keadilannya dalam menjadi pemimpin,  Salamah Bin Sa’id yang meninggal masih mempunyai utang kepada manusia,Sang khalifah Al-Manshur yang mempunyai banyak utang dimasa kekhalifahannya dan lain-lainnya.

Bersambung In Sya Allah…

[1] . lihat ‘Irwa Al-Ghalil oleh Syeikh Al-Bani 3/396
[2]  Lihat kitab At-Tamhiid 2/284 dinukil dari kitab Fii Dzilali ‘Arsy Ar-Rahman oleh Syeikh ‘Athiyah Muhammad Salim
[3]  Jumlah tujuh disini bukanlah pembatasan, karena disana ada beberapa golongan lain yang mendapatkan naungan dari Allah selain tujuk kelompok ini dan Al-Hafidz Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam kitab Fathul bari 2/ 187-188
[4]  Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.853 dan Muslim no.4828
[5]  Surat Al-Hujurat ayat 9
[6]  Surat An-Nahl ayat 90
[7]   Surat An-Nisa’ Ayat 58
[8]   Surat Shad ayat 26
[9]   Surat An-Nisa’ Ayat 58
[10]  Surat Al- Maidah ayat 44
[11]  Diriwayatkan oleh Muslim no.4825
[12]  Diriwayatkan oleh Muslim no.7386
[13]  Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2696 Dan dihasankan oleh beliau
[14]  Penyebutan contoh disini bukanlah dalam rangka pembatasan
[15]  Surat Al-Qolam ayat 4
[16]  Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6788
[17]  Kisah ini disebutkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahaani dalam Ma’rifatu As-Shahabah dan dishahihkan oleh Syeikh Albani Silsilah As-Shahihan no.2835
[18]  Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no.3758  dan dihasankan oleh beliau
[19]  Disebutkan oleh Ibnu Ishaq dalam Sirahnya dan Dishahihkan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir
[20]  Diriwayatkan Oleh Malik dalam Muwatho’nya no.1442 dan dishahihkan oleh syeikh Albani dalam ‘Irwa Al-Ghalil  5/291
[21]  Lihat Fadha-il Ash-Shabah oleh Imam Ahmad 1/290 dengan sanad hasan dari jalan Zaid bin Aslam dari Ayahnya
[22]  Diriwayatkan oleh Muslim no. 6206
[23]  Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2778
[24]  Diriwayatkan oleh Bukhar no.3720
[25]  Diriwayatkan oleh Bukhari no. 3706
[26]  Diriwayatkan oleh Bukhari secara Mu’allaq lihat Fathul bari 7/89
[27]  Diriwayatkan oleh Ahmad 1/118 dan dishahihkan oleh Syeikh Albani di Silsilah As-Shahihah 4/249
[28]  Dinukil dari kitab Fii Dzilali Arsy Ar-Rahman hal 87

0 komentar:

Posting Komentar