kedua : PEMUDA YANG TUMBUH DALAM KETAATANTermasuk golongan yang Allah janjikan akan mendapat naungan dihari kiamat kelak adalah Pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan ketatan dan ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Makna pemuda (Syaab)
Sesungguhnya masa muda adalah masa keemasan dalam kehidupan manusia, karena dimasa mudalah manusia tersebut memperoleh kesempurnaan kekeuatan yang dimilikinya.
dalam bahasa arab pemuda disebut dengan Syaab atau Fataa mempunyai arti usia yang telah melewati masa baligh. [1] Lafadz Syaabb yang terdapat dalam hadist mencukup pula makna untuk pemudi atau dalam bahasa Syaabbah. Meskipun khitab ini ditujukkan untuk kalangan muda laki-laki akan tetapi mencakup pula kalangan muda wanita, karena memang antara laki-laki dan perempuan tidak dibedakan dalam masalah pembebanan syari’at (takliif), kecuali adanya Nash yang menunjukkan akan kekhususan tersebut.
Keterkaiatan antara pemuda dan pemimpin yang adil
Perlu kita ketahui bahwa Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam menyebutkan beberapa golongan yang mendapat naungan dari Allah Ta’ala mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Diantaranya adalah penyebutan pemuda yang tumbuh dalam ketaatan setelah adanya penyebutan pemimpin yang adil.Sisi keterkaitan tersebut sangatlah jelas, karena dengan adanya pemimpin adil maka Hukum Allah akan tegak berdasarkan cahaya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga dengan tegaknya hukum Allah dapat menjadikan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dapat berjalan dan terealisailah suatu lingkngan yang kondusif untuk memudahkan para pemuda agar bisa tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.
Keterkaitan itupun dapat kita dari sisi lain yaitu para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah adalah sebab terealisainya para pemimpin yang adil, karena baik dan buruknya suatu kaum dilihat dari para pemudanya, jika memang para pemuda baik maka keadilan seorang pemimpin kan terealisasi dan sebaliknya jika para pemudanya bergelimang dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah maka sangat sulit untuk bisa teralisasinya pemimpin yang adil bahkan kaum tersebut akan terancam suatu kehancuran.
Perhatian Islam terhadap para pemuda
Agama Islam adalah satu-satunya agama yang memberikan perhatian khusus kepada para pemuda untuk bisa tumbuh dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta’ala dan itu bisa kita lihat dari beberapa hal:
pertama: perintah untuk mencari istri yang taat beragama
Perhatian agama islam terhadap pemuda dimulai sejak sebelum lahirnya para pemuda ke dunia ini, dan hal itu terlihat dengan adanya perintah bagi seorang laki-laki untuk mencari istri yang taat beragama. Karena istri yang taat beragama itu kelak akan menjadi orang pertama yang akan melahirkan pemuda yang tumbuh di dalam ketaatan dan Ibadah kepada Allah Ta’ala.
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
تنكح المرأة لأربع لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita karena agamanya, maka engkau akan beruntung.”[2]
kedua: perintah untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah dari Syaitan tatkala kita hendak berhubungan
Diantara bentuk perhatian Islam kepada para pemuda adalah perintah untuk selalu meminta perlindungan kepada Allah dari Syaitan tatkala kita berhubungan dengan Istri. Dengan kita meminta perlindungan kepada Allah dari Syaitan disaat kita mencampuri sitri kita, maka calon anak yang kelak tumbuh akan terlindungi dari godaan-godaan syaitan, sehingga anak itupun tumbuh dengan dijauhkan dari pengaruh godaan syaitan.
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
لو أن أحدكم إذا أتى أهله قل بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا فقضي بينهما ولد لم يضره
“Kalau sekiranya salah seorang diantara kalian mencampuri istrinya membaca :
بِسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
(artinya : “ya Allah jauhkanlah Syaitan dari kami, dan jauhkanlah syaitan dari apa yang engkau karuniakan kepada kami.”)
Maka syaitan tidak akan membahayakan anaknya kelak.”[3]
ketiga : Perintah untuk memberikan nama-nama yang baik kepada anak.
Islam memerintahkan kepada para orang tua untuk memberi nama yang baik terhadap anaknya di hari ketujuh dari kelahirannya pada saat dia melaksanakan Aqiqah. Memberi nama terhadap anak dengan nama yang baik adalah merupakan bentuk do’a agar anak bisa tumbuh diatas kebaikan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, Bahkan Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam telah mengganti beberapa nama anak dengan nama yang lebih baik.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ أُتِىَ بِالْمُنْذِرِ بْنِ أَبِى أُسَيْدٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ وُلِدَ فَوَضَعَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى فَخِذِهِ وَأَبُو أُسَيْدٍ جَالِسٌ فَلَهِىَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِشَىْءٍ بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَمَرَ أَبُو أُسَيْدٍ بِابْنِهِ فَاحْتُمِلَ مِنْ عَلَى فَخِذِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَقْلَبُوهُ فَاسْتَفَاقَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « أَيْنَ الصَّبِىُّ ». فَقَالَ أَبُو أُسَيْدٍ أَقْلَبْنَاهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ « مَا اسْمُهُ ». قَالَ فُلاَنٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « لاَ وَلَكِنِ اسْمُهُ الْمُنْذِرُ ». فَسَمَّاهُ يَوْمَئِذٍ الْمُنْذِرَ.
“ Dari Sahal Bin Sa’ad berkata:” Mundzir Bin Abu Usaid dibawa
kepada Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam pada hari kelahirannya, Maka Nabi Sholallahu
‘alaihi Wa Sallam meletakkan diatas pahanya, Sedangkan
(ayahnya) Abu Usaid duduk.Nabi Sholallahu
‘alaihi Wa Sallam
disibukkan oleh sesuatu dihadapannya .Kemudian bayi itu (Mundzir) diangkat dari
paha Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam. Kemudian beliau selesai dari
kesibukkannya dan bertanya : “ kemana bayi tadi.”?? Abu Usaid pun
menjawab : “kami telah memulangkannya wahai Rosulullah.” Beliau bertanya lagi : “Siapa nama bayi tadi?
Abu Usaid menjawab :” Fulan ya Rosulullah.” Rosulullah Sholallahu ‘alaihi
Wa Sallam berkata : “ Jangan, tapi (namilah)
dengan nama Al-Mundzir.” sejak saat itu nama bayi itu adalah Al-Mundzir.”[4]
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam telah memberikan arahan kepada kita agar kita menamakan anak-anak kita dengan nama yang baik. Diantara nama-nama yang baik tersebut adalah[5]
1. Nama Abdullah dan Abdurrahman
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَن
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”[6]
2.Nama yang terdapat bentuk penghambaan kepada Allah
Seperti Abdul Kariim, Abdurrozaq, Abdul Hamid dan lain-lainnya
Berkata Al-Imam Ibnu Hazm:
“Para Ulama sepakat bahwa menamai anak dengan penyandaran kepada Allah, seperti Abdullah dan Abdurrahman dan yang sejenisnya adalah disukai.”[7]
3. Nama para Nabi dan Rosul
Dalam Shahih Muslim disebutkan
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ.
“ Dari Abu Musa berkata : telah lahir dariku seorang anak, kemudian aku bawa kepada Nabi Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam, dan beliau memberikan nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma.”[8]
4. Nama Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam yaitu Muhammad
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
تسموا باسمي ولا تكتنوا بكنيتي
“ Berilah nama dengan namaku(Muhammad) dan janganlah kalian berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosiim).”[9]
5. Nama Orang-Orang Shalih
Dari Mughiroh Bin Syu’bah berkata: ketika aku mendatangi kota Najran, para penduduknya bertanya kepadaku: Sesungguhnya kalian membaca (dalam Al-qur’an) “Wahai saudara Harun” padahal musa hidup sebelum Isa berjarak beberapa tahun, maka ketika itu aku datang kepada Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam,aku menanyakan hal itu kepada beliau dan beliaupun bersabda:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُم
“ Dahulu mereka memberi nama-nama Nabi mereka dan orang-orang shalih dari kaum mereka.”[10]
Dan nama-nama orang shalih dari kalangan umat ini yang paling utama adalah para Sahabat dan Sahabiyah, karena mereka itulah sebaik-baik manusia dari kalangan orang-orang Shalih.
keempat : Perintah untuk menjauhkan anak dari perkara-perkara yang Haram
Agama Islam menganjurkan kepada kita agar supaya menjauhkan anak-anak kita dari perkara-perkara yang haram sedini mungkin, karena dengan membiasakan mereka untuk menjauhkan hal-hal yang diharamkan maka mereka akan tumbuh menjadi pemuda yang tumbuh dalam kateaatan kepada Allah Ta’ala
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari neraka.”[11]
“ Dari Abu Hurairoh- radhiyallahu’anhu- berkata : “ pernah suatu ketika Al-Hasan Bin Ali memungut sebutir kurma dari harta sedekah, lalu ia memasukkannya kedalam mulutnya. Kemudian Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
كِخْ كِخْ ارْمِ بِهَا أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
“kikh,kikh[12] buanglah kurma itu, pakah kau tidak tau bahwa kita tidak boleh memakan sedekah.”[13]
kelima : perintah untuk membiasakan anak kepada hal-hal yang wajib
merupakan suatu kewajiban orang tua adalah mendidik anaknya untuk melakukan kewajiban yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala perintahkan apabila anak tersebut telah masuk usia tamyiz[14]
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“ perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk melaksanakan pada saat umur tujuh tahun dan pukullah mereka (jika mereka tidak melaksanakannya) pada saat mereke umur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”[15]
“ Dari Umar Bin Abi Salamah berkata : “ Ketika aku masih kecil dalam asuhan Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam tanganku mengambil makanan dari segala sisi piring, maka Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata kepadaku :
يا غلام سم الله وكل بيمينك وكل مما يليك
” Wahai anak bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu.”[16]
potret para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan
Terjadinya penyimpangan para pemuda kita pada saat ini adalah disebabkan karena faktor hilangnya figur yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan mereka, sehingga merekapun mengambil orang-orang yang rusak akhlak dan aqidahnya sebagai figure dan idola mereka. Oelh karenanya marilah sejenak kita mencoba untuk mengenal figur para pemuda yang sesungguhnya yang dapat kita jadikan sebagai contoh dan panutan untuk para pemuda kita.
Pemuda Ashabul Kahfi
Dikisahkan bahwa disuatu kaum yang telah kufur kepada Allah, Dimana Raja dan rakyatnya telah menyimpang dari jalan yang lurus, mereka beribadah kepada selain Allah yang tidak bisa member manfaat . mereka menyembah berhala-berhala yang sama sekali tidak berhak unmtuk disembah, akan tetapi mereka selalu menjaga berhala-berhal tersebut dan tidak ridho kalau ada yang mengganggunya. Merekapun menyakiti setiap orang yang tidak mau beribadah kepadanya. Akan tetapi ditengah-tengah masyarakat yang rusak itu terdapat sekelompok pemuda yang tidak mau sujud kepada selain kepada penciptanya yaitu Allah yang ditangannyalah segala macam urusan. Kelompok pemuda yang beriman kepada Allah, Sehingga Allahpun mengkokohkan keimanan mereka dan membimbing mereka kejalan yang lurus.
Mereka bukanlah para Nabi dan Rosul , mereka hanyalah orang-orang yang mempunyai keimanan yang kuat. Semua kesyirikan yang terjadi ditengah kaumnya mereka ingkari, sehingga mereka bersepakat untuk menyelamatkan agama dan diri mereka dengan pergi meninggalkan kaum tersebut ketempat yang para penduduknya beriman kepada Allah. Pergilah mereka kesuatu goa dalam rangka untuk bersinggah dan bermalam didalamnya dengan membawa anjing mereka.
Semua yang mereka miliki berupa tempat tinggal mereka yang nyaman dan lainnya mereka tinggalkan. Mereka lebih memilih untuk tinggal didalam goa yang sempit yang tidak lain hal ini dikarenakan keimanan yang telah menyinari dan meluaskan hati mereka.
Begitulah keadaan orang yang beriman, mereka menganggap padang pasir sebagai taman dan goa itu sebagai istana jika mereka merasa bahwa Allah bersama mereka.
Mereka pergi meninggalkan kampung halaman mereka bukan karena dunia dan bukan pula karena harta, akan tetapi karena mencari ridha Allah.
Karena merasa lelah para pemuda tersebut berbaring, dan anjing mereka duduk dipintu goa dalam rangka menjaga mereka. Disinilah mulai terlihat suatu tanda kebesaran Allah, karena tanpa terasa para pemuda tersebut tertidur selama tiga ratus Sembilan tahun, sedangkan matahari apabila terbit condong kesebelah kanan dan apabila terbenam condong kesebelah kiri sehingga cahayanya tidak mengenai mereka pada saat awal dan akhir di siang hari. Merekapun membolak-balikan badan mereka sehingga orang yang melihat menyangka mereka tersebut dalam ketakutan, karena mereka banyak mebolak-balikkan badan mereka.
Setelah beberapa ratus kemudian Allahpun membangunkan mereka kembali, mereka bangun dari peristirahatan yang sangat panjan, akan tetapi mereka tidak menyadari berapa lama mereka itu menghabiskan waktu tidur mereka. Tanda-tanda akan lamanya tidur mereka sampai beratus-ratus tahun lamanya pun mulai terlihat, Dan merekapun saling bertanya-tanya: berapa lama kita berada disini? Sebagian merekapun menjawab: “kita disini sudah sehari atau setengah hari.” Merekapun tidak peduli berapa lama mereka tinggal di goa itu, yang terpenting mereka sudah terbangun , dan mereka menyuruh kepada salah seorang diantara mereka untuk pergi ke kota membawa uang perak dan membeli makanan dengan uang tersebut.
Dengan penuh rasa takut keluarlah salah seoranng diantara mereka dari goa itu menuju perkampungan. Sesampainya diperkampungan tersebut dia mendapatkan beberapa keanehan dengan adanya perubahan bangunan, dan lainnya mata uang. Dia merasa aneh mengapa bisa terjadi semua ini dalam sehari semalam. Tentunya penduduk kampung tersebutpun tidak merasa kaget akan asingnya orang ini, karena baju yang dikenakannya dan uang yang dibawanya. Seluruh penduduk kampungnya telah beriman, sang raja yang bengis lagi dzalim sudah mati dan digantikan dengan raja yang beriman lagi shalih sehingga seluruuh penduduk kampungpun bergembira akan kehadiran kelompok pemuda tersebut setelah mengetahui keadaan mereka yang sesungguhnya, karena kelompok para pemuda ini adalah orang-orang yang pertama kali beriman dari kalangan mereka. Sehingga berbondong-bondonglah manusia ingin melihat keadaan para pemuda tersebut yang merupakan suatu tanda kebesaran Allah. Setelah Allah memperlihatkan tanda akan kebesarannya dan kekuasaannya yang mampu menghidupkan kembali orang yang telah mati, maka Allahpun mematikan mereka kembali.[17]
lihatlah bagaimana balasan Allah Ta’ala kepada para pemuda tersebut yang mereka menjaga agama Allah dan keimanan mereka sehingga Alllah pun menjaga mereka dari kedzaliman Raja yang Musyrik dan para rakyatnya yang kufur.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“ Wahai orang-orang yang beriman jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukannmu.”[18]
Pemuda dari kalangan Ashabul Ukhdud
Kisah ini bermula dari seorang pemuda yang diutus oleh raja untuk belajar ilmu sihir kepada tukang sihir istana. Ia diharapkan akan dapat menggantikan tugas tukang sihir tersebut setelah kematiannya. Pemuda tersebut tinggal pada suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir tersebut berada. Di tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah seorang Rahib yang beriman kepada Allah. Ia hidup mengasingkan diri dari masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai sesembahan.
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam telah memberikan arahan kepada kita agar kita menamakan anak-anak kita dengan nama yang baik. Diantara nama-nama yang baik tersebut adalah[5]
1. Nama Abdullah dan Abdurrahman
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَن
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”[6]
2.Nama yang terdapat bentuk penghambaan kepada Allah
Seperti Abdul Kariim, Abdurrozaq, Abdul Hamid dan lain-lainnya
Berkata Al-Imam Ibnu Hazm:
“Para Ulama sepakat bahwa menamai anak dengan penyandaran kepada Allah, seperti Abdullah dan Abdurrahman dan yang sejenisnya adalah disukai.”[7]
3. Nama para Nabi dan Rosul
Dalam Shahih Muslim disebutkan
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ.
“ Dari Abu Musa berkata : telah lahir dariku seorang anak, kemudian aku bawa kepada Nabi Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam, dan beliau memberikan nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma.”[8]
4. Nama Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam yaitu Muhammad
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
تسموا باسمي ولا تكتنوا بكنيتي
“ Berilah nama dengan namaku(Muhammad) dan janganlah kalian berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosiim).”[9]
5. Nama Orang-Orang Shalih
Dari Mughiroh Bin Syu’bah berkata: ketika aku mendatangi kota Najran, para penduduknya bertanya kepadaku: Sesungguhnya kalian membaca (dalam Al-qur’an) “Wahai saudara Harun” padahal musa hidup sebelum Isa berjarak beberapa tahun, maka ketika itu aku datang kepada Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam,aku menanyakan hal itu kepada beliau dan beliaupun bersabda:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُم
“ Dahulu mereka memberi nama-nama Nabi mereka dan orang-orang shalih dari kaum mereka.”[10]
Dan nama-nama orang shalih dari kalangan umat ini yang paling utama adalah para Sahabat dan Sahabiyah, karena mereka itulah sebaik-baik manusia dari kalangan orang-orang Shalih.
keempat : Perintah untuk menjauhkan anak dari perkara-perkara yang Haram
Agama Islam menganjurkan kepada kita agar supaya menjauhkan anak-anak kita dari perkara-perkara yang haram sedini mungkin, karena dengan membiasakan mereka untuk menjauhkan hal-hal yang diharamkan maka mereka akan tumbuh menjadi pemuda yang tumbuh dalam kateaatan kepada Allah Ta’ala
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari neraka.”[11]
“ Dari Abu Hurairoh- radhiyallahu’anhu- berkata : “ pernah suatu ketika Al-Hasan Bin Ali memungut sebutir kurma dari harta sedekah, lalu ia memasukkannya kedalam mulutnya. Kemudian Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:
كِخْ كِخْ ارْمِ بِهَا أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
“kikh,kikh[12] buanglah kurma itu, pakah kau tidak tau bahwa kita tidak boleh memakan sedekah.”[13]
kelima : perintah untuk membiasakan anak kepada hal-hal yang wajib
merupakan suatu kewajiban orang tua adalah mendidik anaknya untuk melakukan kewajiban yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala perintahkan apabila anak tersebut telah masuk usia tamyiz[14]
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“ perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk melaksanakan pada saat umur tujuh tahun dan pukullah mereka (jika mereka tidak melaksanakannya) pada saat mereke umur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”[15]
“ Dari Umar Bin Abi Salamah berkata : “ Ketika aku masih kecil dalam asuhan Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam tanganku mengambil makanan dari segala sisi piring, maka Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata kepadaku :
يا غلام سم الله وكل بيمينك وكل مما يليك
” Wahai anak bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu.”[16]
potret para pemuda yang tumbuh dalam ketaatan
Terjadinya penyimpangan para pemuda kita pada saat ini adalah disebabkan karena faktor hilangnya figur yang dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan mereka, sehingga merekapun mengambil orang-orang yang rusak akhlak dan aqidahnya sebagai figure dan idola mereka. Oelh karenanya marilah sejenak kita mencoba untuk mengenal figur para pemuda yang sesungguhnya yang dapat kita jadikan sebagai contoh dan panutan untuk para pemuda kita.
Pemuda Ashabul Kahfi
Dikisahkan bahwa disuatu kaum yang telah kufur kepada Allah, Dimana Raja dan rakyatnya telah menyimpang dari jalan yang lurus, mereka beribadah kepada selain Allah yang tidak bisa member manfaat . mereka menyembah berhala-berhala yang sama sekali tidak berhak unmtuk disembah, akan tetapi mereka selalu menjaga berhala-berhal tersebut dan tidak ridho kalau ada yang mengganggunya. Merekapun menyakiti setiap orang yang tidak mau beribadah kepadanya. Akan tetapi ditengah-tengah masyarakat yang rusak itu terdapat sekelompok pemuda yang tidak mau sujud kepada selain kepada penciptanya yaitu Allah yang ditangannyalah segala macam urusan. Kelompok pemuda yang beriman kepada Allah, Sehingga Allahpun mengkokohkan keimanan mereka dan membimbing mereka kejalan yang lurus.
Mereka bukanlah para Nabi dan Rosul , mereka hanyalah orang-orang yang mempunyai keimanan yang kuat. Semua kesyirikan yang terjadi ditengah kaumnya mereka ingkari, sehingga mereka bersepakat untuk menyelamatkan agama dan diri mereka dengan pergi meninggalkan kaum tersebut ketempat yang para penduduknya beriman kepada Allah. Pergilah mereka kesuatu goa dalam rangka untuk bersinggah dan bermalam didalamnya dengan membawa anjing mereka.
Semua yang mereka miliki berupa tempat tinggal mereka yang nyaman dan lainnya mereka tinggalkan. Mereka lebih memilih untuk tinggal didalam goa yang sempit yang tidak lain hal ini dikarenakan keimanan yang telah menyinari dan meluaskan hati mereka.
Begitulah keadaan orang yang beriman, mereka menganggap padang pasir sebagai taman dan goa itu sebagai istana jika mereka merasa bahwa Allah bersama mereka.
Mereka pergi meninggalkan kampung halaman mereka bukan karena dunia dan bukan pula karena harta, akan tetapi karena mencari ridha Allah.
Karena merasa lelah para pemuda tersebut berbaring, dan anjing mereka duduk dipintu goa dalam rangka menjaga mereka. Disinilah mulai terlihat suatu tanda kebesaran Allah, karena tanpa terasa para pemuda tersebut tertidur selama tiga ratus Sembilan tahun, sedangkan matahari apabila terbit condong kesebelah kanan dan apabila terbenam condong kesebelah kiri sehingga cahayanya tidak mengenai mereka pada saat awal dan akhir di siang hari. Merekapun membolak-balikan badan mereka sehingga orang yang melihat menyangka mereka tersebut dalam ketakutan, karena mereka banyak mebolak-balikkan badan mereka.
Setelah beberapa ratus kemudian Allahpun membangunkan mereka kembali, mereka bangun dari peristirahatan yang sangat panjan, akan tetapi mereka tidak menyadari berapa lama mereka itu menghabiskan waktu tidur mereka. Tanda-tanda akan lamanya tidur mereka sampai beratus-ratus tahun lamanya pun mulai terlihat, Dan merekapun saling bertanya-tanya: berapa lama kita berada disini? Sebagian merekapun menjawab: “kita disini sudah sehari atau setengah hari.” Merekapun tidak peduli berapa lama mereka tinggal di goa itu, yang terpenting mereka sudah terbangun , dan mereka menyuruh kepada salah seorang diantara mereka untuk pergi ke kota membawa uang perak dan membeli makanan dengan uang tersebut.
Dengan penuh rasa takut keluarlah salah seoranng diantara mereka dari goa itu menuju perkampungan. Sesampainya diperkampungan tersebut dia mendapatkan beberapa keanehan dengan adanya perubahan bangunan, dan lainnya mata uang. Dia merasa aneh mengapa bisa terjadi semua ini dalam sehari semalam. Tentunya penduduk kampung tersebutpun tidak merasa kaget akan asingnya orang ini, karena baju yang dikenakannya dan uang yang dibawanya. Seluruh penduduk kampungnya telah beriman, sang raja yang bengis lagi dzalim sudah mati dan digantikan dengan raja yang beriman lagi shalih sehingga seluruuh penduduk kampungpun bergembira akan kehadiran kelompok pemuda tersebut setelah mengetahui keadaan mereka yang sesungguhnya, karena kelompok para pemuda ini adalah orang-orang yang pertama kali beriman dari kalangan mereka. Sehingga berbondong-bondonglah manusia ingin melihat keadaan para pemuda tersebut yang merupakan suatu tanda kebesaran Allah. Setelah Allah memperlihatkan tanda akan kebesarannya dan kekuasaannya yang mampu menghidupkan kembali orang yang telah mati, maka Allahpun mematikan mereka kembali.[17]
lihatlah bagaimana balasan Allah Ta’ala kepada para pemuda tersebut yang mereka menjaga agama Allah dan keimanan mereka sehingga Alllah pun menjaga mereka dari kedzaliman Raja yang Musyrik dan para rakyatnya yang kufur.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“ Wahai orang-orang yang beriman jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukannmu.”[18]
Pemuda dari kalangan Ashabul Ukhdud
Kisah ini bermula dari seorang pemuda yang diutus oleh raja untuk belajar ilmu sihir kepada tukang sihir istana. Ia diharapkan akan dapat menggantikan tugas tukang sihir tersebut setelah kematiannya. Pemuda tersebut tinggal pada suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir tersebut berada. Di tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah seorang Rahib yang beriman kepada Allah. Ia hidup mengasingkan diri dari masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai sesembahan.
Singkat
kata setiap kali pemuda tersebut melewati tempat rahib ini, ia tertarik
mendengar ajaran-ajaran yang dianut rahib tersebut. Mulailah ia singgah untuk
menimba ilmu yang dibawa oleh sang Rahib. Tiap kali berangkat dan pulang dari
belajar sihir, ia menyempatkan diri untuk belajar kepada rahib. Ia pun
mempelajari dua ilmu yang tidak akan bersatu, ilmu sihir dan ilmu agama.
Suatu
ketika, pemuda tersebut melihat binatang besar yang menghalangi perjalanan
manusia. Maka timbullah keinginan dalam pikiran pemuda tersebut untuk menguji
manakah ajaran yang lebih utama, ajaran rahib ataukah tukang sihir.
Berdoalah ia kepada Allah, “Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang
dibawa oleh rahib dari pada apa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah
binatang ini, supaya manusia bisa bebas dari gangguannya.” Ia pun melempar
binatang tersebut dengan batu yang mengakibatkan binatang itu mati seketika.
Yakinlah si pemuda tentang keutamaan dan kebenaran ajaran sang rahib.
Waktu
terus berlalu, si pemuda menjadi terkenal sebagai orang yang mahir mengobati
orang yang buta, sakit belang, dan penyakit lainnya. Suatu ketika datanglah seorang pejabat dekat
raja. Dengan membawa hadiah yang banyak ia datang untuk minta disembuhkan dari
kebutaan yang dideritanya. Pejabat itu mengatakan, “Hadiah-hadiah yang aku bawa
ini kuberikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkanku.”Si Pemuda menjawab,
“Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan, apabila
engkau beriman kepada Allah aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkanmu.”
Maka pejabat itu pun beriman kepada Allah, kemudian Allah menyembuhkan
sakitnya.
Pulanglah
sang pejabat kerumahnya dan kembali duduk bermajelis bersama raja. Demi melihat
kesembuhan pejabat tersebut, heranlah raja. Ia bertanya, “Siapakah yang
menyembuhkan penglihatanmu?” Sang Pejabat berkata, “Rabbku.” Mendengar jawaban
tersebut murkalah sang raja, dengan marah ia mengatakan, “Apakah kamu mempunyai
Rabb selain aku?” Sang pejabat menjawab, “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.”
Seketika itu pula ia disiksa dan terus disiksa sampai akhirnya ia menunjukkan
keberadaan si pemuda.
Dicarilah
si pemuda tersebut, kemudian ditangkap dan dihadapkan kepada Raja. Raja mulai
bertanya kepada si pemuda, ia tahu bahwa pemuda inilah orang yang ia utus untuk
belajar kepada tukang sihir. Dengan nada lembut ia bertanya, “wahai anakku,
sungguh sihirmu itu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan kebutaan,
sakit belang dan lainnya.” Si pemuda menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang
pun, Allahlah yang menyembuhkan.” Maka pemuda inipun disiksa sebagaimana sang
pejabat sampai akhirnya si pemuda menunjukkan keberadaan sang rahib.
Ditangkaplah
sang rahib dan dipaksa untuk kembali kepada agama sang raja. Maka sang rahib
ini menolak dan memilih tetap berada di atas agama Allah. Ia enggan untuk
menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Allah. maka sang raja membunuh sang
rahib yang beriman ini dengan cara yang keji. Dengan angkara murka sang raja
menggergajinya sehingga terbelah menjadi dua bagian. Tidak berbeda pula nasib
sang pejabat, ia pun dibunuh dengan digergaji menjadi dua bagian, semoga Allah
membalasi keteguhan iman mereka dengan surga.
Adapun
nasib si pemuda, berbeda dengan dua orang yang terdahulu. Sang raja
menginginkan agar pemuda tersebut dibunuh dengan cara yang berbeda. Ia dibawa
ke suatu gunung kemudian dilemparkan dari puncaknya. Akan tetapi, Allah
menyelamatkannya dari percobaan pembunuhan ini. Usaha ini dilakukan beberapa
kali dengan cara yang berbada. Setiap mereka ingin membunuhnya, si pemuda
selalu berdoa kepada Allah, “Ya Allah selamatkanlah aku dari mereka dengan cara
yang Engkau kehendaki.” Maka Allah pun menyelamatkannya sehingga terbebas dari
makar pembunuhan itu dan kembali kepada raja dalam keadaan selamat. Raja pun
merasa bingung mencari cara menghabisi si pemuda tersebut.
Dengan
penuh pertimbangan, akhirnya si pemuda memberitahukan kepada raja cara membunuh
dirinya, ia berkata kepada raja, “Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai
engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat
yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat
anak panahku, kemudian katakanlah ‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini’ dan
panahlah aku dengannya.” Sang raja pun melakukan perintah si pemuda. Ia
menginginkan untuk segera menghabisinya. Pemuda itu ibarat duri dalam
daging, penghalang yang harus segera dimusnahkan. Raja tidak mengetahui
rencana Allah yang Maha Mengetahui. Dikumpulkanlah manusia pada suatu tempat,
ia ambil anak panah dari tempat anak panah si pemuda, kemudian ia panah si
pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut Nama Allah, Rabb anak ini.” Anak
panah melesat tepat mengenai pelipis si pemuda. Dengan izin Allah matilah
pemuda itu di tangan raja.
Namun
tanpa diduga oleh raja, rakyat yang menyaksikan peristiwa ini pun serta merta
beriman kepada Allah. Mereka mengatakan, “Kami beriman dengan Rabb anak ini,
kami beriman dengan Rabb anak ini.”
Telah
datang waktunya kebenaran menyusup ke dalam relung hati rakyat. Tatkala
keimanan telah menancap kokoh dalam hati, ia laksana batu karang yang tidak
hancur diterpa gelombang. Demi melihat peristiwa ini, murkalah sang raja. Ia
perintahkan pengikutnya untuk membuat parit-parit di setiap ujung jalan.
Kemudian dinyalakan api di dalamnya. Sang raja memerintahkan pengikutnya untuk
membunuh siapa saja yang tetap berada dalam keimanan kepada Allah. Satu persatu
mereka digiring dan dibawa ke parit tersebut, menemui ajal dengan mendapatkan
keridhaan Allah.[19]
Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam
Dalam Surat Al-Anbiya ayat 51-70 menceritakan akan keberanian Nabi Ibrahim dalam membungkam orang-orang Musyrikin zamannya dengan menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah dan pada saat itu beliau masih dalam usia muda sebagaimana ditegaskan dalam ayat 60 dalam surat Al-Anbiya’
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِن قَبْلُ وَكُنَّا بِه عَالِمِينَ (51) إِذْ قَالَ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52) قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءنَا لَهَا عَابِدِينَ (53) قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلالٍ مُّبِينٍ (54) قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنتَ مِنَ اللاَّعِبِينَ (55) قَالَ بَل رَّبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ (56) وَتَاللَّهِ لأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُم بَعْدَ أَن تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (58) قَالُوا مَن فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ (59) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ (60) قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ (61) قَالُوا أَأَنتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ (62) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِن كَانُوا يَنطِقُونَ (63) فَرَجَعُوا إِلَى أَنفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنتُمُ الظَّالِمُونَ (64) ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُؤُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاء يَنطِقُونَ (65) قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (67) قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأَخْسَرِينَ (70)
“51. Sungguh, Sebelum dia (Musa dan Harun) telah kami berikan kepada Ibrahm petunjuk, dan kami telah mengetahui dia. 52. Dan ingatlah ketika dia (Ibrahim)berkata kepada ayah dan kaumnya “ Patung-patung apakah yang kalian tekun menyembahnya.” 53. Mereka menjawab.” Kami mendapati nenek-nenek moyang kami menyembahnya.” 54. Dia (Ibrahim) berkata: “sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.” 55. Mereka berkata: Apakah engkau datang kepada kami dengan membawa kebenaran Atau engkau hanya main-main?” 56. Dia Ibrahim menjawab .” Sesungguhnya tuhan kalian adalah Tuhan pemilik langit dan bumi, (Dialah) yang telah menciptakannya dan aku termasuk Aku termasuk yang bersaksi atas hal itu.” 57. Dan demi Allah sungguh aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala setelah kamu pergi meninggalkannya. 58. Maka dia (Ibrahim) meghancurkan berhala-berhala itu kecuali yang (berhala) yang terbesar, agar mereka kembali untuk bertanya kepadanya. 59. Mereka berkata : “ Siapakah yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang Dzalim. 60. Mereka (yang lain) berkata: “ Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini ), namanya Ibrahim.” 61. Kalau demikian bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak, agar mereka menyaksikannya. 62. Mereka bertanya engkau yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, Wahai Ibrahim?” 63. Dia menjawab :” Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya. 64. Maka mereka kembali kepada kesadaran dan berkata :” sesungguhnya kamulah yang mendzalimi (diri sendiri) 65. Kemudian mereka menundukkan kepala “ Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat bicara. 66. Dia (Ibrahim) berkata: “ mengapa kalian menyembah selain Allah yang tidak dapat member manfaat sedikitpun dan mendatangkan bahaya kepada kalian.? 67. Celaka kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. 68. Mereka berkata : “ bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian jika kamu benar-benar hendak berbuat.” 69. Kami (Allah) berfirman:” Wahai api jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim.” 70. Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang-orang paling rugi.”[20]
para pemuda dari kalangan sahabat Nabi Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam
Dan dikalangan para sahabat Nabi Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam terdapat para pemuda yang telah berhasil digoreskan oleh tinta sejarah.Sebut saja salah seorang shabat Ali Bin Abi Thalib seorang pemuda yang mempunyai kecerdasan dan kepiawaian dalam strategi perang,Abdullah bin Mas’ud yang kelak menjadi pakar Ahli tafsir, Abdullah Bin Abbas seorang pemuda yang menjadi rujukan dalam tafsir Al-qur’an , Sa’ad Bin Abi Waqqash yang kelak menjadi panglima dalam peperangan Qodisiyyah, Abu Hurairoh seorang pemuda yang banyak menghafal hadist, dan lain-lainnya dari pemuda dizaman sahabat.
Mereka tersebut adalah pemuda yang telah mengambil peran dalam penyebaran agama ini, masa muda mereka telah mereka habiskan untuk membela agama ini.
Dan pemuda-pemuda seperti merekalah yang berhak untuk mendapatkan janji dari Allah untuk mendapatkan naungan dari-Nya di hari kiamat kelak, karena mereka telah menghabiskan masa muda mereka dengan ketaatan kepada Allah dengan menyebarkan Agama Allah ini.
Sebab-sebab baiknya para pemuda
Para pemuda adalah tonggak dari suatu kaum, baik dan buruknya kaum tersebut dilihat dari keadaan para pemudanya. Jika para pemudanya baik maka kaum tersebut akan baik, dan jika mereka tersebut buruk maka tunggulah kehancurannya.
lihatlah pada generasi terbaik ummmat ini, mereka mengalami kejayaan di karenakan para pemuda mereka tumbuh diatas ketaaatan kepada Allah, dan mereka banyak berperan dalam menyebarkan dan menjaga agama Allah ini.
Baiknya para pemuda tersebut tentunya harus didukung oleh beberapa factor ,yang diantaranya adalah:
pertama : peran seorang ibu
Sesungguhnya seorang Ibu memiliki peran penting dalam upaya memperbaiki para pemuda. Dan awal mula tumbuhnya para pemuda yang berjasa dari ummat ini adalah peran dari seorang ibu. Sebut saja Anas Bin Malik Ulama dari kalangan para sahabat, siapa yang berperan penting tumbuhnya seseorang seperti beliau??. Tidak lain adalah peran dari seorang ibu yang bernama Ummu Sulaim. Lihat pula dari seorang Imam besar Muhammad Bin Idris As-Syafi’I, siapa yang berperan menjadikan beliau seperti itu, tidak lain adalah peran seorang Ibu.
Maka peran seorang ibu adalah faktor penting akan kebaikan para pemuda. Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang penyair:
الأم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعباً طيب الأعراق
“Seorang Ibu adalah Madrasah (tempat pendidikan),
jika kamu membeperbaikinya maka, engkau akan memperbaiki masyarakat yang baik.”
kedua : Teman yang baik
Sesungguhnya teman yang baik merupakan sebab menjadi baiknya seorang pemuda, karena memang teman yang baik bisa mempengaruhi kebaikan pada seseorang.
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“ Seseorang itu tergantung pada agama temannyya, maka hendaklah salah sorang diantara kamu melihat siapa yang dijadikan temannya.”[21]
ketiga : lingkungan yang baik
lingkungan tempat tinggal juga sebab tumbuhnya para pemuda, jika para pemuda itu berada ditempat lingkungan yang baik maka pemuda itu akan tumbuh menjadi pemuda yang baik. Dan sebaliknya jika pemuda itu berada pada lingkungan yang rusak maka pemuda itu akan tumbuh menjadi pemuda yang rusak. Maka oleh sebab itu dalam hadist yang kita bahas ini Rosulullah Sholallahu ‘alaihi Wa Sallam golongan para pemuda yang mendapatkan naungan dari Allah setelah golongan para pemimpin yang adil , dikarenakan pemimpin yang adil adalah faktor baiknya suatu lingkungan dan lingkungan yang baik merupakan faktor baiknya para pemuda.
In Sya Allah bersambung….!!!
[1] Lihat Lisanul Arab 1/480 oleh Ibnu Mandzur
[4] Diriwayatkan oleh Muslim no. 5621
[5] Lihat Tuhfatul Maulud hal.163 oleh Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyah, Daru ‘Alaamil Fawaa-id. Tahqiq Utsman Bin Jum’ah
Ad-Dhumairiyah,Cetakan kedua, Tahun 1436H
[6] Diriwayatkan oleh Muslim no. Dari sahabat
Ibnu ‘Umar
[7] Lihat Maratib Al-Ijma’ hal 154.
[9] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. Dan Muslim
no. Dari shabat Jabir Bin Abdillah
[10]
Diriwayatkan oleh Muslim no.5598
[11] Surat At-Tahriim ayat 6
[12] Suatu perkataan yang bertujuan untuk
memperingatkan seorang anak dari perbuatan jelek.
[14] Yaitu usia dimana seorang anak dapat
membedakan antara baik dan buruk, dan usia tamyiz kira-kira 6-7 tahun. Wallahu’alam
[15] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no.495 Dan dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam Irwa’
Al-Ghalil 1/266
[17] Lihat kisah ini dalam surat Al-Kahfii ayat 10
sampai 26
[18] Surat Muhammad ayat 7
[19] Kisah ini diriwayatkan Oleh Muslim no.7511
dari Sahabat Suhaib
[20] . Surat Al-Anbiyaa’ ayat 51-70
[21] Diriwayatkan oleh Ahmad,
At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Berkata At-Tirmidzi: Hadist ini Hasan Gharib Lihat
Miskatul Al-Mashabiih 3/87
0 komentar:
Posting Komentar