Searching...
Jumat, 14 November 2014

MENGENAL METODE SYEIKH AL-BANI DALAM MENDHA’IFKAN HADIST MENGAZDANKAN BAYI

Pada tulisan yang lalu telah kami kemukakan penjelasan dan perkataan para ulama tentang hadist mengadzankan bayi yang baru lahir, dan kesimpulannya bahwa Syeikh Al-Albani-rahimahullah- tidak bersendirian dalam melemahkan hadist tersebut.
Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang metode Syeikh Al-Albani-rahimahullah- dalam mendha’ifkan hadist mengazdankan bayi.

TEKS HADIST :
أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد ، فأذن في أذنه اليمنى ، وأقام في أذنه اليسرى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri.”

Berkata Syeikh Al-Albani dalam kitabnya silsilah Al-ahadist ad-dha’ifah
 موضوع .أخرجه البيهقي في "شعب الإيمان " (6/390/8620) من طريق
محمد بن يونس : حدثنا الحسن بن عمرو بن سيف السَّدوسي : حدثنا القاسم
ابن مطيب عن منصور بن صفية عن أبي معبد عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ :
أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أذّن ... الحديث . وقال - وقد ذكر قبله حديث أم الصبيان
المتقدم في المجلد الأول برقم (321) من رواية الحسين بن علي - ؛
"في هذين الإسنادين ضعف "!قلت : وفي هذا القول تساهل كبير ، ما كنت أود له أن يصدر منه ؛ لشدة
ضعف الإسنادين ، فإن الحديث المشار إليه فيه رجلان يضعان الحديث ، وقد اغتر
بمثل هذا التساهل بعض العلماء المتأخرين ؛ فقوى به حديث أبي رافع الضعيف
إسناده - كما بينت هناك - ، ولو أنه علم شدة ضعفه ؛ ما قواه ... لأن الشديد
الضعف لا ينفع في الشواهد باتفاق العلماء .

MAUDHU’,   Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam syu’abul iman (6/390 no.8620 )dari jalan Muhammad bin yunus (dia berkata): telah mengkhabarkan kepada kami Al-Hasan bin ‘Amr bin Saif As-Sadusii (dia berkata): telah mengkhabarkan kepada kami Al-Qosiim bin Muthoyyib dari Manshur bin Shafiyyah dari Abi Ma’bad  dari Ibnu ‘Abbas “bahwa Nabi sholallahu’alaihi wa sallam mengadzankan.... “ dan dia ( Al-baihaqi) berkata:  -yang sebelumnya dia  menyebutkan hadist Ummu Shibyan yang telah lalu di jilid pertama no.321 dari riwayat Al-husain bin ‘Ali -: “dan pada kedua sanadnya ada kelemahan”
Aku katakan: dan dalam perkataan( Al-Baihaqi) ini terdapat kekeliruan yang sangat besar yang dahulu aku tidak ingin memperlihatkannya kerena kedua sanad tersebut sangatlah lemah. Dan hadist yang telah di sebutkan tadi terdapat dua orang yang dikenal memalsukan hadist , sehingga para ulama muta’akhirinpun terkecoh dengan kekeliruan (Al-Baihaqi) dan mereka meyangka baha hadist ini menjadi penguat hadist Abu Rafi’dengan sanadnya-sebagaimana aku jelaskan disana-, dan setelah diketahui sangat lemahnya hadist ini maka tidak bisa menjadi penguat ,KERENA HADIST YANG SANGAT LEMAH TIDAK MENJADI PENGUAT BERDASARKAN KESEPAKATAN PARA ULAMA.”

PENJELASAN

Hadist tentang mengazdankan bayi telah di riwayatkan dari ‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ
Aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah melahirkannya dengan adzan shalat.” (H.R. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)’

Dan hadist ini terdapat kelemahan karena ada seorang perawi hadist yang bernama ‘Ashim bin ‘Ubadillah yang telah dinyatakan lemah oleh para ulama

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Taqribu At-Tahdzib:
عاصم بن عبيد الله بن عاصم بن عمر بن الخطاب العدوي المدني ضعيف
‘Ashim bin ‘Ubadillah  bin ‘Ashim bin ‘Umar Bin al-Khattab Al-‘Adawi  Al-madani DHA’IF

Kemudian hadist ini telah di riwayatkan pula dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan,
أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد ، فأذن في أذنه اليمنى ، وأقام في أذنه اليسرى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Lantas apakah Riwayat Ibnu ‘Abbas ini bisa menjadi penguat hadist Abu Rafi’???

Sekilas jika kita melihat pernyataan Al-Imam Al-Baihaqi dimana dia berkata setelah meriwayatkan hadist ini: “Didalam dua sanad ini terdapat KELEMAHAN”  bisa menjadi penguat dan mengangkatnya menjadi hasan li ghairih, dan ini lah pendapat yang pertama kali dipegang Syeikh Al-Albani sebagaimana tertuang dalam kitab beliau ‘Irwaul ghalil 4/401 no.1173  dan pendapat beliau ini muncul sebelum dicetaknya kitab syu’abul iman, akan tetapi setelah kitab tersebut dicetak dan beliaupun mengadakan penelitian ulang kembali, beliau memandang  ternyata hadist Ibnu ‘Abbas tersebut tidak bisa dijadikan penguat karena terdapat dua orang perawi yang telah di nyatakan sebagai pendusta oleh para ulama , kedua rawi tersebut adalah:

1. Muhammad bin Yunus

Berkata Ibnu Abi Hatim:
يدل حديثه على انه ليس بصدوق
“ hadistnya menunjukkan bahwa dia bukan orang yang Jujur”
Lihat Al-jarh wa At-ta’dil 8/85

Berkata Ibnu Hibban:
كان يضع الحديث لعله قد وضع على الثقات اكثر من الف حديث
  Dia selalu memalsukan Hadist dan mungkin dia telah memalsukan lebih dari seribu hadist para perawi tsiqoh.”

Berkata Ibnu ‘Adi :
قد اتهم بالوضع
“ Dia telah tertuduh sebagai PENDUSTA.”
Lihat tahdzib At-Tahdziib 9/478


2. Al-Hasan bin ‘Amr bin Saif As-Sadusii

 Berkata Ibnu Abi Hatim dalam kitab Al-jarh Wa ta’dil 3/26:
سمعت ابى يقول: رأيناه بالبصرة ولم نكتب عنه وهو متروك الحديث
  “ Aku mendengar Ayahku berkata: “kami melihatnya di bashroh akan tetapi kami tidak menulis hadistnya dan dia itu MATRUK.”
Kemudian beliau mengatakan:
قال ابى: كان على ابن المدينى يتكلم فيه يكذبه 
“Berkata ayahku: ‘Alin ibnu Al-Madini membicaraknnya dan menyatakan dia sebagai PENDUSTA.”

Berkata Al-Imam Al-Bukhari:  KADZZAB (PENDUSTA) lihat tahdzibu At-tahdzib 2/269

Berkata Al-Hakim: MATRUKUL HADIST

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar: MATRUK

Dan disana juga telah datang riwayat Dari Al Husain bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ الصَّلَاةَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
“Setiap bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan dikumandangkan iqomah di telinga kiri, maka ummu shibyan tidak akan membahayakannya.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Ibnu Sunny dalam Al Yaum wal Lailah). Ummu shibyan adalah jin (perempuan)."

Dan hadist inipun tidak bisa menjadi penguat lantaran terdapat rawi yang bernama Yahya bin Al’ala sebagai PENDUSTA  lihat Mizanul ‘Itidal 4/397

Maka dari sini jelas bahwa metode Syeikh Al-Albani  menilai lemahnya hadist mengadzankan bayi adalah tidak menjadikan hadist Ibnu ‘Abbas dan hadist Al Husain bin ‘Ali sebagai penguat hadist ‘Abu rafi’ bahkan dengan adanya kedua hayang dist Ibnu ‘Abbas dan Al Husain bin ‘Ali menjadikan hadist mengazdankan bayi menjadi semakin bertambah lemah.

Apakah metode Syeikh Al-Albani ini menyalahi kaidah ilmu hadist dan pernyataan ulama lainnya??

Berikut pernyataan para ulama tentang masalah ini:
1.       Al-Imam Ibnu Sholah
Berkata  Al-Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya ikhtishaar  ‘ulumul hadist hal.33
قال الشيخ أبو عمرو : لا يلزم من ورد الحديث من طرق متعددة أن يكون حسناً ، لأن الضعف يتفاوت فمنه مما لا يزول بالمتابعات - يعني كرواية الكذابين والمتروكين - ومنه ضعف يزول بالمتابعة كما إذا كان راويه سيئ الحفظ ، أو روى الحديث مرسلاً ، فإن المتابعة تنفع حينئذ ويرفع الحديث عن حضيض الضعف إلى أوجه الحسن أو الصحة . والله أعلم "
“ Syeikh Abu ‘Amr (Ibnu Sholah) berkata:  tidak melazimkan banyaknya jalan sanad menjadikan hadist itu hasan, karena kelemahan pada hadist itu bertingkat-tingkat, ada yang tidak bisa menjadi penguat,-seperti riwayat para perawi PENDUSTA dan MATRUK- dan ada pula yang bisa menjadi penguat apabila perawi tersebut jelek hafalannya atau dia meriwayatkan hadist secara mursal yang ini tentunya bisa mengangkat hadist yang tadinya lemah kederajat hasan atau shahih, Wallahu’alam.”

2.       Al-Imam At-Tiibii 
Beliau berkata dalam kitab Al-khulashoh fii ushuulil hadist hal.44
وأما الضعيف فلكذب راويه أو فسقه ، لا ينجبر بتعدد طرقه
“ adapun hadist DHA’IF dikarenakan perawinya PENDUSTA  atau FASIQ , maka tidak bisa menjadi penguat meskipun jalan-lalannya banyak.”
3.       Al-Imam As-Sakhaawi
Beliau berkata  dalam kitabnya  fathul mughits 1/73
( وإن يكن ) ضعف الحديث ( لكذب ) رواية ( أو شذا ) أي وشذوذ في روايته بإن خالف من هو أحفظ أو أكثر ( أوقوة الضعف ) بغيرهما ما يقتضي الرد فلم يجبر ذا أي الضعف بواحد من هذه الأسباب ولو كثرت طرقه كحديث من حفظ على أمتي أربعين حديثا فقد نقل النووي اتفاق الحفاظ على الحفاظ ضعفه مع كثرة طرقه
“ Dan apabila hadist Dha’if dikerenakan adanya perawi PENDUSTA atau SYADZ yaitu riwayatnya telah menyalahi perawi lainnya yang lebih kuat hafalannya dan lebih banyak jumlahnya atau hadistnya sangat LEMAH , maka hadist tersebut harus di tolak dan tidah bisa menjadi penguat hadist yang lemah , meskipun jalan-jalan periwayatannya banyak seperti hadist “barangsiapa yang menghafal 40 hadist dari ummatku ...” Imam An Nawawi telah menukil kesepakatan para HUFFADZ  akan kelemahan hadist ini meskipun diriwayatkan dengan jalan yang banyak.”
4.       Al-‘Allaamah Jamaludin Al-Qosimii
Beliau berkata  dalam kitabnnya qowa’id At-tahdist hal.66:
أعلم أن الضعيف لكذب راويه أو لفسقه لا ينجبر بتعدد طرق
“ Ketahuilah bahwa hadist yang DHA’IF  dikarenakan perawinya PENDUSTA  atau FASIQ , maka tidak bisa menjadi penguat meskipun jalan-lalannya banyak”.

 KESIMPULAN

Maka dengan apa yang telah saya paparkan diatas jelas sudah bahwa metode Syeikh Al-Albani dalam menilai lemahnya hadist mengazdankan bayi sejalan dengan ilmu hadist dan sejalan dengan para ulama Ahli hadist lainnya bukan hasil REKAYASA DAN BUATAN BELIAU SEMATA.
Dan inilah pendapat yang In Sya Allah mendekati kebenaran yaitu pendapat akan lemahnya hadist mengazdzankan bayi yang baru lahir, yang tentunya hadist ini juga tidak bisa untuk di amalkan karena hadist tersebut SANGAT LEMAH

Walaahu’alam


Ditulis oleh

Agus Susanto Bin Sanusi

Di Madinah Nabawiyah 28 Dzul Qo’dah 1435 H

0 komentar:

Posting Komentar