Benarkah Syeikh Al-Albani Menghasankan Hadist doa “ ALLAHUMMA LAKA SHUMTU”

Belakangan ini telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ada sebagian ikhwah yang mengatakan bahwa Syeikh Al-Albani menghasankan hadist do’a buka puasa dengan mengucapkan “ Allahumma Laka Shumtu”. Terlepas dari kapasitas ilmu hadist yang mereka miliki, benarkah penisbatan itu kepada Syeikh?
Ataukah informasi tersebut hanya didapat dari sebagaian buku-buku Syeikh tanpa mau mengkroscek kepada kitab-kitab beliau yang lainnya?
Dan apakah betul hadist itu shahih??

Silahkan temukan jawabannya diuraian singkat ini??

TEKS HADIST
عن أنس بن مالك قال كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا أفطر قال بسم الله اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
Dari Anas bin Malik berkata: Nabi ﷺ apabila hendak berbuka beliau mengucapkan “ Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizkqika afthartu”(artinya: Ya Allah hanya kepadamulah kami berpuasa, dan atas rizkimulah aku berbuka)

TAKHRIJ HADIST

MUNKAR JIDDAN, Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Mu’jam As-Shagir 2/133 dan dalam Mu’jamul Aushat 7/298 semuanya dari jalan Isma’il bin ‘Amr Al-Bajaliy dari Daud bin Az-Zabarqon dari Syu’bah dari Tsabit Al-Bunaaniy dari sahabat Anas bin Malik

Hadist ini mempunyai beberapa kelemahan  diantaranya:
1. Adanya perawi yang bernama Isma’il bin ‘Amr Al-Bajaliy seorang rawi yang dhaif sebagaimana dikatakan oleh Abu Hatim. Lihat kitab Al-Jarh Wa At-Ta’dhil 2/190

2. Seorang perawi yang bernama Daud bin Az-Zabarqon yang dinilai sebagai Matrukul Hadist bahkan dinyatakan pendusta oleh Al-Azdiy. Lihat Taqriib At-Tahdziib 1/ 279 oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar

3. Tafarrudnya Isma’il bin ‘Amr Al-Bajaliy di dalam riwayat Daud bin Az-Zabarqon. Sebagaimana dikatakan oleh At-Thabrani dalam Mu’jam As-Shagir 2/133 dan dalam Mu’jamul Aushat 7/298.

Hadist Anas bin Malik mempunyai beberapa Syawaahiid diantaranya:

1. Hadist Mu’adz bin Zahroh,diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya no.2360, Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/406 no.3902 dan dalam Sunan Al-Kubro’ 4/239, Al-Baghawi dalam Syarhu Sunnah 3/246, Al-Haitsami dalam Zawa-idnya 1/526, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya 3/100 dengan sanad yang lemah dari jalan Husain dari Mu’adz bin Zahroh.
letak kelemahan pada sanad ini karena:
a. Hadist ini mursal, sebab Mu’adz bin Zahroh adalah seorang tabi’in yang meriwayatkan hadist ini langsung kepada Rosullah ﷺ dan riwayat-riwayat dari dia adalah mursal. Lihat At-Tarikh Al-Kabiir 7/364 oleh Al-Bukhari
b. Mu’adz bin Zahroh adalah seoarang perawi yang dihukumi sebagai majhul hal, sebab tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Husain. Lihat Irwa’ Al-Ghalil 4/38 oleh Syeikh Al-Albani

2. Hadist Ibnu Abbas, diriwayatkan oleh Ad-Daruqhutni dalam Sunan-nya 2/185, Ibnu As-Sunniy dalam ‘Amal Al-Yaum Wa Al-Lailah no.474,  At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabiir 12/146 dengan sanad yang sangat lemah dari jalan Abdul Malik bin Harun bin ‘Antaroh dari ayahnya (Harun) dari kakeknya (‘Antaroh) dari Ibnu Abbas. Lihat tahqiq kitab Talkhiis Al-Habiir

Abdul Malik bin Harun adalah seorang perawi yang lemah dan dinyatakan oleh Abu Hatim sebagai Matrukul Hadist bahkan Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa dia adalah seorang pendusta. Lihat kitab Al-Jarh Wa At-Ta’dil 5/374.

BENARKAH SYEIKH Al-ABANI MENGHASANKAN HADIST INI??

Tidak dipungkiri bahwa Syeikh Al-Albani –Rahimahullah- menghasankan hadist ini dalam berbagai bukunya sebagaimana terdapat dalam ta’liq beliau terhadap kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, hal ini beliau kemukakan dalam kitab beliau Irwa’ Al-Ghalil 4/39
beliau berkata dalam kitab tersebut.
beliau berkata dalam kitab tersebut:
ومع ذلك صحح حديثهم جميعا ولا أدري كيف تأثرت بهم في تعليقي على ( صحيح ابن خزيمة ) فسبقهم فيه مع أنني استغربت ذلك منهم في المصدر المشار إليه وبينت أنه صحاب للفطر عن الحديثين مع عدم وجود شاهد له يعتبر .

 “ bersamaan dengan itu ada sebagian ulama yang  menshahihkan semua hadist ini, aku tidak mengetahui bagaiaman aku terpengaruh oleh mereka dalam ta’liq-ku terhadap kitab Shahih Ibnu Khuzaimah dan beliau(ibnu Khuzaimah), telah mendahului mereka dalam masalah ini. Padahal aku sangat keheranan terhadap referensi yang disebutkan tadi, dan aku telah jelaskan bahwa dua hadist tentang ini tidak mempunyai Syawaahid (penguat) yang dapat menjadi pegangan.”

Dari pernyataan beliau diatas dapat kita ketahui bahwa Syeikh Al-Albani bukanlah termasuk ulama yang menghasankan hadist do’a “Allahumma laka Shumtu” dan pernyataan bahwa hasannya hadist tersebut adalah pendapat beliau yang lama, dan kemudian beliaupun meralat akan penghasanan hadist tersebut. Lihat kitab Taraju’at Al-‘Allamah Al-Albani Fi Tashhih hal.23 oleh Abul Hasan  Muhammad Hasan As-Syeikh.

Dan jika kita melihat di kitab-kitab beliau yang lainnya, kita akan menjumpai beliau telah menghukumi hadist tersebut sebagai hadist yang lemah dan tidak dapat dijadikan pegangan dan hujjah. Diantara kitab-kitab beliau tersebut:
1. Kitab Silsilah Ad-Dhaifah 14/ 1096 no. 6996 beliau mengatakan terhadap Hadist Anas bin Malik : Munkar Jiddan
2. Kitab Irwa’ Al-Ghalil 4/39. Beliau berkata terhadap Hadist Ibnu ‘Abbas: Dha’if
3. Kitab Dha’if Al-Jami’ no.631. Beliau berkata terhadap Hadist Anas bin Malik: Dha’if
4. Kitab Dha’if Al-Jami’ no.4350. Beliau berkata terhadap Hadist Ibnu ‘Abbas: Dha’if
5. Kitab Dha’if Al-Jami’ no.4349. Beliau berkata terhadap Hadist Mu’adz bin Zahroh : Dha’if
6. Kitab Dha’if Abu Dawud. Beliau berkata terhadap Hadist Mu’adz bin Zahroh : Dha’if
dan kitab-kitab lainnya.

DO’A BUKA PUASA YANG SHAHIH

Setelah kita mengetahui bahwa do’a buka puasa dengan redaksi “ Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizkqika afthartu” adalah lemah, dan tidak dapat diamalkan, lantas apa yang kita ucapkan ketika berbuka puasa?

Perlu diketahui bahwa disana ada do’a yang dinilai shahih, yang hendak kita ucapkan ketika berbuka puasa. Yaitu dengan mengucapkan:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Artinya “ telah pergi rasa haus, dan tenggorokan telah basah, dan pahala akan tetap In Sya Allah.”
Hal Ini sebagaimana telah datang riwayat yang Shahih
  كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الاجر ان شاء الله
“ Rosulullah ﷺ kerika berbuka beliau mengatakan: “Dzahaba Ad-Dzoma’u Wa Tsabata Al-Ajru In Sya Allah” (Artinya: telah pergi rasa haus, dan tenggorokan telah basah, dan pahala akan tetap In Sya Allah.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya no.2359,Baihaqi dalam Sunan As-Sughra’ 3/366, Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya2/185, Al-Bazaar dalam Musnad-nya 2/221 dari sahabat Ibnu ‘Umar dengan sanad yang Hasan sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil 4/39.

KESIMPULAN

Pada akhir dari tulisan dapat kita simpulkan bahwa penyandaran tentang hasannya hadist do’a buka puasa dengan redaksi “ Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizkqika afthartu” kepada Syeikh Al-Albani -sebagaimana dikatakan oleh beberapa ikhwah-  adalah keliru, karena beliau sendiri telah ruju’ dan meralat akan pendapat lamanya tersebu. Bahkan dikitab-kitab beliau yang lainnya telah dinyatakan akan kelemahan hadist-hadist tersebut secara tegas.
Dan riwayat-riwayat yang kami kumpulkan diatas tidak lepas dari kelemahan menurut tinjauan ilmu hadist, yang ini tentunya tidak bisa diamalkan oleh kita, sehingga selayaknya bagi kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang Shahih dari Rosulullah ﷺ.


Ditulis oleh

Agus Susanto bin Sanusi

Di Jakarta 4 Ramadhan 1436H